Telisik Strategi Customer Zero, Cara CIO Ubah Teknologi Jadi Punya Nilai Bisnis yang Menjanjikan

Ilustrasi peran CIO mengubah teknologi memiliki nilai bisnis yang menjanjikan di era digital masa kini. (Freepik.com)

YUDHABJNUGROHO – Chief Information Officer (CIO) dalam perusahaan saat ini semakin mengalami transformasi di era digital yang sedang berlangsung. 

Dahulu, mereka sekadar dianggap sebagai pemimpin di bidang IT yang menangani anggaran dan sistem. Namun sekarang, mereka juga terlibat dalam menentukan strategi bisnis. 

 

Salah satu pendekatan yang kini banyak diperbincangkan adalah customer zero. Intinya, perusahaan harus mencoba produk atau layanan mereka secara internal terlebih dahulu sebelum dipasarkan kepada masyarakat. 

 

“Kita hanya bisa luar biasa di luar jika internal organisasi berjalan baik,” demikian tulis Forbes dalam laporannya pada Jumat, 5 September 2025. 

 

Melalui metode ini, CIO dapat mengevaluasi apakah produk tersebut benar-benar berkualitas, mengetahui kelemahannya, serta menentukan bagaimana cara perbaikannya. Dengan demikian, ketika produk tersebut diluncurkan, kualitasnya sudah lebih terjamin. 

 

Anda dapat melihat contoh ini di Databricks. Mereka memanfaatkan produk mereka sendiri dalam lingkungan perusahaan. Dari pengalaman itu, muncul berbagai ide perbaikan dan inovasi yang sebelumnya tidak terpikirkan. 

 

“Banyak pembaruan produk Databricks berasal dari tim IT internal yang lebih dulu menguji dan menemukan apa yang mereka sukai serta apa yang perlu dimodifikasi,” kata Forbes. 

 

Hal ini menegaskan betapa pentingnya umpan balik dari pengguna di dalam perusahaan. Strategi ini juga menunjukkan bahwa CIO menjadi lebih dekat dengan aspek bisnis. 

 

“Peran CIO sekarang semakin berfokus pada klien, karena mereka membantu merancang produk sebelum diterima oleh konsumen,” jelas Forbes. 

 

Oleh karena itu, mereka tidak hanya mengelola aspek teknologi, tetapi juga memikirkan kepuasan pelanggan. Pendekatan ini memberikan keuntungan saat berinteraksi dengan konsumen. 

 

CIO dapat berbagi pengalaman nyata dalam menggunakan produk tersebut, termasuk tantangan yang dihadapi. 

 

“CIO bisa menjadi duta yang sangat baik bagi perusahaan dengan jujur menceritakan kesalahan yang terjadi, tantangan yang dihadapi, dan area yang perlu perbaikan,” kata Forbes. 

 

Cerita-cerita nyata seperti ini justru meningkatkan kepercayaan pelanggan. Dengan cara ini, CIO bukan hanya sekadar manajer IT, tetapi juga sebagai pemimpin yang berfokus pada inovasi dalam perusahaan. 

 

“Dengan menguji produk sendiri sebelum peluncuran, CIO dapat memastikan kualitas sekaligus meminimalkan risiko reputasi,” menurut laporan Forbes. 

 

Tidak mengherankan jika banyak perusahaan kini menganggap CIO sebagai elemen penting dalam menciptakan nilai bisnis. Mereka berada di posisi yang ideal untuk menghubungkan kebutuhan internal dengan permintaan pasar. 

 

Dari segi efisiensi, strategi customer zero juga memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya. Masukan dari tim internal memungkinkan revisi lebih cepat dan tidak menghabiskan anggaran besar setelah produk dirilis. 

 

CIO memiliki peluang untuk menunjukkan bahwa teknologi bukan sekadar pengeluaran tambahan, tetapi juga bisa menjadi investasi yang mendatangkan keuntungan nyata. 

 

Ini sejalan dengan tren global di mana teknologi kini menjadi bagian inti dari strategi bisnis, bukan lagi sekadar pendukung. Setiap keputusan besar yang diambil perusahaan hampir selalu melibatkan unsur teknologi. 

 

Dengan mengimplementasikan strategi customer zero, CIO dapat membuktikan diri sebagai penggerak utama. Mereka berkontribusi dalam menciptakan produk yang lebih baik, membangun kepercayaan pelanggan, serta mendukung pertumbuhan bisnis.y©