Mudik : Antara Tradisi, Bahagia, dan Kepuasan Batin - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Mudik : Antara Tradisi, Bahagia, dan Kepuasan Batin

    Oleh : Yudha BJ Nugroho
    [31 Mei 2019]
         Bulan Ramadhan tahun ini (saat opini ini ditulis), sudah memasuki hari ke 25, tinggal menunggu hari menuju perayaan Idul Fitri. Musim mudik telah datang seiring dengan dimulainya libur cuti bersama yang dicanangkan pemerintah.
         Berita – berita di televisi mengenai informasi arus mudik mulai mendominasi dibandingkan berita politik yang sempat memanas beberapa hari yang lalu. Mulai dari informasi kemacetan, kecelakaan, hingga lokasi oleh – oleh dan kuliner terdekat.
    Gambar 1 : Ilustrasi Mudik (Sumber : https://indonesiainside.id/wp-content/uploads/2019/05/mudik-1140x570.jpeg)

         Sebenarnya mudik atau pulang kampung ini adalah hal biasa dikalangan para perantau, namun yang menjadikannya spesial adalah momen Idul Fitri yang beberapa orang menjadikannya wajib berkumpul dengan sanak keluarga.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Tradisi mudik yang berlangsung di Indonesia ini sudah berjalan sejak masa dahulu. Ikatan batin dan kebiasaan masyarakat indonesia terhadap keluarga menjadikan pulang kampung adalah sesuatu hal yang membahagiakan apalagi di momen idul fitri.
         Namun ada pula yang ikut tradisi mudik hanya untuk kepuasan batin menjalani prosesnya saja. Beberapa kawan yang saya tanyai contohnya, mereka menjadikan momen mudik karena senang dengan hiruk pikuknya stasiun, ramenya terminal, dan membludaknya pelabuhan. Bahkan ada kawan saya yang senang touring menggunakan motor di momen mudik karena ramainya.
         Padahal mereka mengakui sesampainya dirumah, mereka justru bingung harus melakukan apa. Memang bertemu keluarga adalah yang utama, namun mereka mengaku feel itu tidak lebih dari 3 hari, selebihnya ya hanya berdiam diri dirumah.
         Niat untuk mencari teman di masa sekolah, SD, SMP, dan SMA, mungkin terbatas, kebanyakan sudah dengan dunia dan ceritanya masing – masing. Jika bertemu tidak lebih dari sekadar menceritakan kenangan masa lalu, semua sudah mempunyai kesibukan dan ceritanya tersendiri, yang kadang kala tidak nyambung dengan keseharian dan kesibukan kita.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Semua itu hanyalah beberapa kesan mudik dari yang saya dapatkan selama ini. Karena saya sudah menjadi seorang perantau yang jauh dari orang tua semenjak usia SMP, hingga sekarang. Bertemu keluarga pasti ada kesan tersendiri yang tidak dapat diungkapkan, dan pasti setiap pembaca mempunyai kesan tersendiri mengenai tradisi ini.
    Yudha BJ Nugroho

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad