PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 9 (Senin) DOSEN Dr. Ir. Budi Kuncahyo >> PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DAN ALIRAN PERMUKAAN DI HULU DAS CILIWUNG - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 9 (Senin) DOSEN Dr. Ir. Budi Kuncahyo >> PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DAN ALIRAN PERMUKAAN DI HULU DAS CILIWUNG


    PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU DAN ALIRAN PERMUKAAN DI HULU DAS CILIWUNG


    Disusun oleh :
    Kelompok 9
    1.      Harits Noviandra A.   E14100119
    2.      M. Girindra S. A.        E14110006
    3.      Sendi Yusandi            E14110059
    4.      Ayu Naditia                E14110101
    5.      Ayu Listiana               E14110121


    Dosen :
    Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS

    !LOGO IPB TRANSPARANS BIRU.gif



    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
    FAKULTAS KEHUTANAN
    INSTITUT PERTANIAN BOGOR
    2014


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    PENDAHULUAN
    Latar Belakang (file asli unduh disini)
                   Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat terhadap sumberdaya alam tersebut. Manusia sebagai penduduk dalam wilayah DAS memiliki kecenderungan untuk bertambah jumlahnya, sehingga dalam proses pemanfaatan ruang dan sumberdaya di dalamnya, terjadi intervensi tata guna lahan yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi hidrologi dalam kesatuan wilayah DAS. Kebutuhan penduduk yang paling mendasar adalah lahan pemukiman dan lahan pekerjaan. Hal ini menyebabkan terjadinya alih guna lahan yang pada awalnya merupakan ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Ruang terbuka hijau selalu menjadi korban karena adanya anggapan bahwa lahan hijau tidak termasuk dalam mekanisme ekonomi pasar dan mempunyai nilai pasar yang kalah oleh harga tanah (Irwan, 2008).
                   Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai besar di Jawa Barat, sedangkan DAS Ciliwung merupakan DAS prioritas yang memiliki nilai hidrologis, ekonomis dan sosial yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat di wilayah Bogor, Depok dan DKI Jakarta. Pada wilayah hilir DAS Ciliwung mencakup wilayah DKI Jakarta sebagai ibukota negara serta pusat kegiatan ekonomi nasional dan internasional. Kawasan hulu merupakan kawasan pemukiman dan pertanian terbatas yang terus berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang menarik masyarakat dan para pengembang untuk menanam investasinya. Kawasan hulu dan hilir pada DAS Ciliwung tersebut saling memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain.
                   Namun, seiring dengan perkembangannya, kawasan hulu DAS Ciliwung semakin mengalami peningkatan jumlah penduduk yang berimbas kepada perubahan lanskap dengan bergesernya pemanfaatan ruang di dalamnya. Jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor pada tahun 2008 adalah 240.685 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,91% per tahun. Jumlah penduduk yang terus bertambah sedangkan luas lahan tetap menyebabkan penduduk terpaksa melakukan alih guna lahan. Beberapa kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air telah beralih fungsi menjadi ruang terbangun sehingga fungsi hidrologi wilayah ini semakin menurun yang dicerminkan dalam kemampuan lahan dalam meresapkan curah hujan cenderung semakin menurun. Oleh karena itu, studi pada lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perubahan pemanfaatan ruang dan koefisien aliran permukaan serta kemungkinan proyeksinya pada masa yang akan datang sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan kawasan.
    Tujuan
    a. menganalisis pengaruh petumbuhan penduduk terhadap ruang terbuka hijau dan aliran permukaan di hulu DAS ciliwung.
    b. membuat model simulasi untuk kondisi 25 tahun ke depan dengan dua skenario

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

     TINJAUAN PUSTAKA (file asli unduh disini)
                Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melaluinya dengan fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya. Penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya dengan keseimbangan daerah tersebut (PP Nomor 33/1970 dalam Departemen Kehutanan, 1997). Sementara menurut Seyhan (1990), DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang diterima ke sistem sungai terdekat dan selanjutnya bermuara di waduk, danau atau laut. Suatu DAS yang sangat luas umumnya terdiri dari beberapa Sub DAS, dan Sub DAS dapat terdiri dari beberapa Sub-sub DAS. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai utama.
                Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga kita menjadi lebih jelas memahaminya. Model dapat digambarkan dengan diagram dua dimensi, misalnya diagram rantai makanan atau siklus air atau miniatur tiga dimensi seperti maket ataupun model matematika (Teknik Lingkungan ITB, 2007 dalam Permata, 2010). Selanjutnya menurut Hartisari (2007), model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hamper tidak mungkin untuk bekerja dalam keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitugkan beberapa faktor dalam sistem, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Menurut Suwarto (2006, dalam Permata, 2010), model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab-akibat. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji.
                            Sistem dinamik adalah suatu model untuk mempelajari dan mengatur sistem-sistem umpan-balik yang kompleks, seperti yang dapat ditemukan pada bisnis dan sistem-sistem sosial lain. Faktanya, sistem dinamik telah digunakan untuk memanggil secara praktis setiap jenis dari sistem umpan-balik. Ketika sistem perintah telah diaplikasikan pada tiap jenis situasi, umpan-balik adalah sebagai pendeskripsi yang membedakan. Umpan balik mengacu pada situasi dari X yang mempengaruhi Y dan Y pada gilirannya mempengaruhi X, bisa jadi melewati suatu rantai dari sebab dan akibat (System Dynamics Society, 2007 dalam Permata, 2010). Metodologi sistem dinamik telah dan sedang berkembang sejak diperkenalkan pertama kali oleh Jay W. Forrester pada dekade lima puluhan, dan berpusat di MIT Amerika Serikat. Sesuai degan namanya, metode ini erat berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu.

    METODOLOGI (file asli unduh disini)
    Lokasi dan Waktu

    Praktikum ini dilaksanakan di RK.X 303 pada hari Senin, pukul 13.00 – selesai. Selain itu pengambilan data dilakukan di LSI IPB dengan mengambil data pada skripsi Dicky Hartanto.

    Bahan dan Alat
                     Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder. Alat yang digunakan untuk mengolah data serta seperangkat komputer dengan perangkat lunak Microsoft Office 2007, STELLA 9.0.2 untuk mengolah data.

    Metode Pengumpulan Data
    Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari skripsi Dicky Hartanto (PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN LANSKAP DIKAWASAN HULU DAS CILIWUNG).

    Pembuatan Model dan Analisis Data
    ·         Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
    Identifikasi isu, tujuan, dan batasan penting dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Membuat tujuan secara spesifik akan semakin memudahkan proses pembuatan model, dalam hal ini praktikan membatasi lingkup penelitian pada model yang disusun menggambarkan pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap ruang terbuka hijau dan laju aliran permukaan di hulu DAS ciliwung.

    ·         Konseptualisasi Model
    Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu. Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat. Memasukkan data yang telah didapatkan ke dalam model (sebagai input) dan membuat simulasi untuk mengetahui pengaturan hasil dapat dilaksankan pada periode waktu tertentu.

    ·         Spesifikasi Model
    Melakukan perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen dapat dihubungkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam pemodelan juga harus ditentukan.

    ·         Evaluasi Model
    Fase ini bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis sesuai harapan atau perkiraan. Tahapan ini, praktikan melakukannya dengan mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata

    ·         Penggunaan Model
    Kegiatan utama adalah membuat daftar komponen-komponen yang terlibat yang dapat dibuat dari model yang dikembangkan, dalam hal ini adalah model pnduga pengruh pertumbuhan penduduk terhadap ruang terbuka hijau dan aliran permukaan di hulu DAS ciliwung.



         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    HASIL DAN PEMBAHASAN (file asli unduh disini)

    Data dan Analisis
    ·         Penghitungan Komponen Penduduk
    Kependudukan merupakan salah satu komponen yang penting dalam perencanaan suatu kawasan. Faktor penduduk juga memberi pengaruh yang besar dalam perubahan kualitas lingkungan suatu DAS karena dengan bertambahnya penduduk maka turut terjadi penambahan ruang kehidupan seperti perumahan, sarana sosial, sarana ekonomi dan sarana lain yang tentunya akan mengkonversi penggunaan ruang seperti ruang terbuka hijau (RTH). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, jumlah penduduk di kawasan
    hulu DAS Ciliwung mengalami kenaikan dari tahun 1993 sebesar 156.546 jiwa menjadi 240.685 jiwa pada tahun 2008 atau dengan kata lain dalam kurun lima belas tahun terjadi panambahan jumlah penduduk sebesar 84.139 jiwa. Jumlah penduduk yang dihitung berasal dari total jumlah penduduk per desa/kelurahan dengan pertimbangan bahwa desa/kelurahan tersebut wilayah administrasinya berada di dalam kawasan hulu DAS Ciliwung atau sebagian besar wilayah administrasinya masuk ke dalam kawasan hulu DAS Ciliwung..
    Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di kawasan hulu DAS Ciliwung adalah sebesar 2,91% per tahun. Kenaikan jumlah penduduk ini berkorelasi positif terhadap kenaikan tingkat kepadatan penduduk dengan pertimbangan bahwa luas wilayah tetap, sehingga didapatkan kenaikan kepadatan penduduk dari 15,27 jiwa/Ha pada tahun 1993 menjadi 23,48 jiwa/Ha di tahun 2008. Berdasarkan nilai laju pertumbuhan penduduk setiap tahun, maka dapat dilakukan prediksi jumlah penduduk pada tahun 1994, 2001, 2005 dan 2010. Penghitungan ini menggunakan metode trend yang didasarkan atas asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk pada masa lalu akan berlanjut di masa yang akan datang (Tarigan,2006). Hasil dari penghitungan menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 1994 adalah 161.100 jiwa, tahun 2001 berjumlah 196.912 jiwa, tahun 2005 berjumlah 220.845 jiwa dan pada tahun 2010 adalah berjumlah 254.892 jiwa.

    ·         Penghitungan Komponen Hidrologi
    Komponen hidrologi yang menjadi parameter kualitas lingkungan pada kawasan hulu DAS Ciliwung ini adalah nilai koefisien aliran permukaan (C). Nilai C menunjukkan perbandingan antara besar debit aliran terhadap besar curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah DAS Ciliwung mengalami gangguan (fisik). Nilai curah hujan didapatkan dari stasiun pengamat Panjang, Pasir Muncang, Gunung Mas dan Katulampa. Sedangkan nilai debit aliran didapatkan dari Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Katulampa yang merupakan outlet dari wilayah DAS Ciliwung bagian hulu ini. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai koefisien aliran permukaan (C) di kawasan hulu DAS Ciliwung dari tahun ke tahun mengalami tren peningkatan. Hal ini dikarenakan banyaknya perubahan penggunaan ruang yang awalnya merupakan ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Semakin tinggi nilai C menandakan bahwa kualitas lahan di kawasan hulu DAS Ciliwung semakin berkurang. Potensi terjadinya banjir dan erosi pun menjadi semakin besar. Sehingga diperlukan adanya perbaikan lingkungan dan tata ruang (lanskap) pada area terbangun agar laju kenaikan nilai C dapat ditekan.Perbaikan lingkungan ini dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan penanaman vegetasi terutama pepohonan dan penataan ruang pada area terbangun, sehingga area yang berfungsi sebagai daerah resapan air dapat dilestarikan untuk menjaga kualitas lingkungan secara keseluruhan.


    Model Dinamik
    Berdasarkan struktur model, diketahui bahwa jumlah penduduk mempengaruhi luas tiap jenis RTH serta luas RTH secara keseluruhan. Kemudian, luas RTH mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan. Tahapan awal pada pengujian model sistem dinamik adalah menentukan persamaan fungsi regresi linear antara variabel X dan Y unteuk melihat apakah persamaan-persamaan yang digunakan sudah benar. Sebelumnya perlu dibuat diagram pencar yang menggambarkan hubungan antara variabel X dan Y. Tabel 10 Jumlah Penduduk, Nilai C dan Perubahan RTH Kawasan hulu DAS Ciliwung tahun 1994, 2001, 2005 dan 2010

    Tabel 1 Jumlah Penduduk, Nilai C, dan Perubahan RTH Kawasan hulu DAS Ciliwung.
    Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa hubungan linear antara jumlah penduduk dengan luas tiap jenis RTH dan luas RTH secara keseluruhan adalah negatif. Artinya, semakin banyak jumlah penduduk, luas hutan, kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka, dan sawah/tegalan semakin berkurang sehingga luas total RTH juga ikut berkurang. Begitu pula hubungan luas RTH dengan nilai koefisien aliran permukaan juga berkorelasi negatif. Jadi, semakin berkurangnya luas RTH, nilai koefisien aliran permukaan di wilayah DAS Hulu Ciliwung semakin meningkat.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Diperoleh laju pengurangan luas RTH akibat penambahan jumlah penduduk per tahun adalah sebesar 0,021256. Artinya, setiap penambahan penduduk sebesar 10.000 jiwa dibutuhkan 212,56 Ha dari luas RTH untuk dikonversi menjadi ruang terbangun seperti tempat tinggal dan infrastruktur lainnya. Selanjutnya dibuat struktur model yang memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan penduduk terhadap luas jenis tiap RTH dan RTH secara keseluruhan, dan luas RTH terhadap nilai koefisien aliran permukaan. Berikut adalah gambar struktur model yang dibuat (Gambar 1).

    Gambar 1 struktur model

    Struktur model tersebut selanjutnya disimulasikan dengan skenario yang telah dibuat. Dasar dari simulasi penentuan daerah RTH yang terkonversi menjadi uang terbangun diantaranya yaitu mengacu pada peta kemiringan lahan kawasan hulu DAS Ciliwung. Diasumsikan perubahan RTH menjadi ruang terbangun diprioritaskan terjadi pada area kemiringan 0-15%. Berdasarkan hasil penghitungan luas melalui proses overlay peta tutupan lahan kawasan hulu DAS Ciliwung tahun 2010 dan peta kemiringan lahan, diketahui luas RTH yang berada pada kemiringan 0-15% adalah 4.382,01 Ha, sehingga alih guna lahan yang akan terjadi diharapkan tidak melebihi luasan tersebut.
    Proporsi RTH di kawasan hulu DAS Ciliwung saat ini adalah sebesar 79,34% dari luas total. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor, RTH perkotaan dialokasikan sebesar 30% dari luas kawasan. Sedangkan menurut Danoedjo (1990), sebagai kawasan resapan air diperlukan RTH yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan yaitu antara 40%-60% agar keseimbangan lingkungan suatu daerah/kota tetap terjaga. Asumsi yang digunakan pada simulasi adalah batas minimal RTH sebesar 40% luas kawasan atau sebesar 6.076,31 Ha pada akhir simulasi, karena keberadaan RTH sangat penting dalam proses infiltrasi curah hujan sehingga dapat meminimalisir besarnya aliran permukaan yang terjadi di kawasan hulu DAS Ciliwung ini. Proses simulasi model menggunakan program STELLA 9.0.2 yang dapat membantu penyusunan konstruksi model simulasi serta running model simulasinya. Model disimulasikan untuk melihat kondisi pada masa 25 tahun mendatang dengan dua skenario yang berbeda. Berdasarkan struktur model simulasi, terdapat laju penambahan dan pengurangan pada setiap veriabel. Laju penambahan dan pengurangan dipengaruhi oleh koefisien laju desakan pada tiap variabel. Pada penelitian ini, laju desakan luasan tiap jenis RTH merupakan hasil pembagian dari pengurangan luas RTH keseluruhan yang dipengaruhi oleh penambahan penduduk setiap tahun. Nilai laju desakan tiap jenis RTH didapatkan dari hasil penghitungan perbandingan proporsi luas tiap jenis RTH yang berkurang terhadap total luas RTH yang berkurang.

    Berikut adalah penjelasan dari setiap skenario:

    A.    Skenario 1
    Skenario 1 merupakan skenario agresif. Pada skenario 1, diasumsikan bahwa penambahan jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung dengan laju pertumbuhan penduduk 2,91 %, akan mendesak semua jenis RTH. Jadi, setiap jenis RTH akan mengalami konversi penutupan lahan akibat desakan dari penambahan ruang terbangun.
    Model tersebut disimulasikan untuk keadaan 25 tahun mendatang. Berdasarkan hasil simulasi (terlampir), pada tahun ke 25 luas total RTH adalah 4.853.08 Ha (31,95%) dengan nilai koefisien aliran permukaan sebesar 0,38. Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara jumlah penduduk, luas RTH dan nilai koefisien aliran permukaan di kawasan hulu DAS Ciliwung dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2.91%.

    Gambar 2. Scenario 1
                           
    Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa luas RTH menurun sejak tahun pertama yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk pada kawasan ini. Nilai koefisien aliran permukaan cenderung beranjak naik seiring dengan berkurangnya luas RTH. Pada skenario ini, luas RTH 40% hanya dapat bertahan hingga tahun ke-20.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    B.     Skenario 2
    Pada skenario ini diasumsikan laju pertumbuhan penduduk diturunkan lagi menjadi 2%. Luas hutan tetap diproteksi sesuai dengan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025, sehingga penambahan ruang terbangun hanya akan mendesak kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka dan sawah/tegalan. Struktur model tersebut disimulasikan untuk kondisi 25 tahun ke depan. Berdasarkan hasil simulasi (terlampir), pada tahun ke-25 luas RTH adalah sebesar
    7.063,14 dengan nilai koefisien aliran permukaan 0,28.
    Gambar 3 adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara jumlah penduduk, luas RTH dan nilai koefisien aliran permukaan di kawasan hulu DAS Ciliwung dengan laju pertumbuhan penduduk 2%.

    Gambar 3 skenario 2

    KESIMPULAN (file asli unduh disini)

                     Berdasarkan hasil dari skenario-skenario yang telah dibuat, dipilih scenario terbaik sebagai dasar penyusunan rekomendasi. Pada skenario 1, pertumbuhan penduduk akan menekan semua jenis RTH. Hal itu mengakibatkan luas hutan juga ikut bekurang, padahal hutan berfungsi penting dari sisi ekologi dan perlindungan tata air di kawasan hulu DAS Ciliwung ini. Pada waktu akhir simulasi, luas RTH yang tersisa pun masih dibawah harapan 40% . Sehingga skenario 1 kurang baik untuk digunakan.
    Pada skenario 2, luas hutan tetap diproteksi sedangkan laju pertumbuhan penduduk diturunkan menjadi 2% sehingga luas kebun campuran, kebun teh dan sawah/tegalan mengalami penurunan luas per tahun dan luas jenis RTH tersebut masih bisa dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Luas total RTH pada tahun ke-25 juga masih berada di atas 40% dari total luas kawasan sehingga kawasan hulu DAS Ciliwung ini masih memiliki fungsi hidrologis yang lebih baik karena nilai koefisien aliran permukaannya lebih kecil dibanding dengan skenario 1.

    DAFTAR PUSTAKA
    Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
    Gasperz V. 1990. Analisis Kuantitatif Untuk Perencanaan. Bandung. TARSITO.
    Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan Untuk Industri dan Lingkungan. Bogor. SEAMEO BIOTROP.

    Haryanto D. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perubahan Lanskap di Kawasan Hulu DAS Ciliwung  [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Seyhan E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
    Sudadi U, Baskoro DPT, Munibah K, Barus B, Darmawan. 1991. Kajian Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Aliran Sungai dan Penurunan Kualitas Lahan Di SubDAS Ciliwung Hulu dengan Pendekatan Model Simulasi Hidrologi [Laporan Penelitian]. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.



    (file asli unduh disini)

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad