Loa Kulu, Kota Kembar Tandingan Tenggarong yang Terlupakan - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Loa Kulu, Kota Kembar Tandingan Tenggarong yang Terlupakan

    Ilustrasi. Jembatan Mahakam Samarinda. Sumber : WhatsApp-Image-2023-04-13-at-23.03.10.jpeg


         Kabupaten Kutai Kartanegara, saat ini tentu menjadi Kabupaten yang tersorot atas pemberitaan pembangunan Ibukota Nusantara, karena Bersama dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, sebagian wilayah kabupaten ini juga masuk dalam rencana besar tersebut. Ibukota kabupaten ini terletak di Tenggarong, sebuah kecamatan yang terletak persis di tepi Sungai Mahakam. Di Tenggarong pula dahulu berdiri Pusat Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, yang Kedatonnya sampai saat ini masih dapat kita saksikan keberadaannya.

         Tidak jauh ke hilir Tenggarong, ada sebuah kecamatan yang dahulu dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda bernama Loa Kulu yang menjadi Kota industry dan metropolitan serta sebagai kota kembar dan tandingan bagi Tengggarong yang menjadi ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Loa Kulu dahulunya sempat menjadi kota terbesar dan tersibuk di Kalimantan bagian timur. Pasar, pabrik, Pelabuhan, semuanya ada di Loa Kulu.

         Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu tentu mempunyai alasan mengapa menjadikan Loa Kulu sebagai Kota Industri. Bila Balikpapan dan Sanga – sanga menjadi lokasi izin usaha pertambangan minyak mentah melalui perusahaan Bataafsche Petroleum Maatschappij(BPM), maka di Loa Kulu perusahaan Oost Borneo Maatschappij (OBM) yang mendapatkan izin pertambangan batubara dari Kesultanan Kutai. 

         Bila pembaca melalui Loa Kulu yang ditempuh dari simpang 3 Loa Duri, tentu akan banyak menemukan sisa – sisa bangunan zaman dahulu yang berada di sisi kanan dan kiri jalan utama menuju Tenggarong. Bangunan paling mencolok bertuliskan ‘Magazijn’ yang menurut beberapa sumber merupakan kantor perusahaan tambang OBM. Kantor OBM ini dimasa lalu juga menjadi stockpile bagi batubara yang hendak diangkut keluar Kalimantan melalui pelabuhan yang bersisian disebelahnya.

         Letaknya yang persis di pinggir sungai Mahakam menjadikan kantor OBM ini cukup strategis untuk menjadi pelabuhan khusus. Barak perumahan pekerja OBM ini diduga berada di seberang kantor OBM ini yang saat ini hanya tersisa hamparan lapangan kosong saja, sedangkan untuk perumahan administratur dan pengawas yang mungkin dijabat oleh orang Belanda masih tersisa beberapa rumah yang saat ini dalam kondisi yang kurang terawat.

         Bicara soal tambang batu bara yang dilakukan oleh perusahaan Belanda, dahulu ada tiga konsesi besar yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda. Tambang batubara Ombilin di Sawah Lunto, Bukit Asam di Sumatera Selatan, dan Mahakam di Loa Kulu. Ketiganya beroperasi medio 1888 dengan metode yang sama yaitu tambang tertutup. Saat itu dimana revolusi industry dengan mesin uap menjadi pengerak industry paling utama. Batubara pun menjadi primadona, hingga 3 tambang batubara colonial ini menjadi ladang emas hitam paling menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda. Hingga kini sisa – sisa terowongan bawah tanah pertambangan Belanda tersebut masih ada. 

         Pada masa Orde Lama tiga perusahaan tambang ini termasuk yang menjadi target nasionalisasi yang dijadikan satu dalam Perusahaan Nasional Tambang Batubara di tahun 1968. Namun, pada tahun 1970, tambah di wilayah Mahakam ini ditutup karena alasan ekonomi dan mulai tumbuhnya industri minyak bumi.

         Pembantaian dan pembakaran fasilitas di Loa Kulu oleh tentara Jepang dilakukan tanpa pandang bulu. Orang Belanda dan keturunan Indo maupun pribumi semua menjadi korban serangan tentara Jepang. Ada yang dipenggal kepalanya dan sebagian lagi dibuang hidup – hidup ke lubang tambang sedalam 90 meter. Mengenang kejadian dibulan Juli 1945 tersebut, didirikanlah sebuah monument bernama Tugu Pembantaian Loa Kulu yang diresmikan pada 13 Juli 1946 oleh Pemerintah Belanda.

    Sawah Lunto saat ini menjadi satu – satunya Kota Wisata Tambang yang ada di Indonesia. Bangunan – bangunan tua peninggalan kolonial, hingga lubang terowongan tambangnya pun saat ini menjadi tujuan wisata andalan Provinsi Sumatera Barat. Mungkin dibandingkan 2 ‘saudara’ tambang yg pernah ada, tambang Mahakam di Loa Kulu mengalami nasib paling buruk.

         Sejatinya Loa Kulu dan Balikpapan sama – sama kota yang tumbuh akibat adanya konsesi yang diberikan Kesultanan Kutai untuk perusahaan belanda. Kota yang dibangun dengan fasilitas lengkap dari mulai hanya berupa hutan dan lahan kosong semata, hingga menjadi Kota yang berperadaban dan murni dibangun oleh Belanda. Kedua kota ini juga mengalami pembumihangusan kala Tentara Dai Nippon datang ke Kalimantan melalui jalur utara. 

     

         ---------------------

         Schrijver.

         Copyright. ©. 2023. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad