Lazuardi Jakarta Kelabu - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Lazuardi Jakarta Kelabu

    Lazuardi Jakarta Kelabu. Sumber : https://www.benarnews.org/indonesian/berita/jakarta-kota-tercemar-sedunia-08102023085458.html/pollution-1.jpg

         Belakangan ini kondisi udara di Kota Jakarta menjadi sorotan. Ibukota Negara Indonesia ini sepertinya sedang dalam kondisi yang kurang bersahabat. Polusi udara menghantui setiap penduduk di Jakarta. Bukan hanya itu saja, banyak pula commuter yang tinggal di kota sekitar Jakarta juga terdampak secara tidak langsung. Masa musim kemarau ini juga memperburuk keadaan yang ada. Padahal sejatinya hujan adalah cara yang paling singkat untuk sekedar ‘mencuci’ udara agar sejenak segar untuk dihirup.

         Pada hari ini saja Jumat, 25 Agustus 2023, pada situs iqair.com, Jakarta menempati peringkat kota besar nomor 1 didunia dengan indeks kualitas udara terburuk 166 AQI US, yang masuk dalam kategori Tidak Sehat. Berbagai tanggapan muncul sebagai respon atas memperburuknya kondisi udara di Jakarta ini. Beberapa pegiat media sosialpun membagikan momen foto yang diambil saat Pandemi Covid 19 melanda. Di tahun 2020 langit Jakarta yang biru, disandingkan dengan foto yang diambil baru saja di tahun 2023 ini.


    Peringkat Kondisi Udara Kota Di Dunia. Sumber : iqair.com


         Kondisi Pandemi Covid 19 lalu memang memberikan waktu ‘istirahat’ bagi bumi untuk memperbaiki dirinya yang telah tua dan rusak, khususnya bagi kota – kota besar didunia yang selalu terbebani atas pencemaran udara. 

         Langit Jakarta hampir tidak pernah berwarna biru, selalu dalam keadaan kelabu, itu bukan mendung, melainkan akumulasi dari banyaknya beban polutan yang ada di udara Jakarta. Asap kendaraan bermotor, pabrik – pabrik, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta sumbangan – sumbangan polutan lain dari penghasil serupa dikota sekitaran Jakarta. 

         Bagi penduduk Jakarta, atau yang penah kesana, tentu sudah terbiasa dengan kelabunya langit Jakarta, dan pasti akan terkagum ketika ke daerah yang masih memiliki langit biru di siang hari. 

         Namun, hal yang dirasa kurang pas bagi Penulis adalah kebijakan pemangku kepentingan daerah Provinsi DKI Jakarta. Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, justru mengumumkan kebijakan untuk bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) 50 % di setiap instansi pemerintah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Kebijakan ini dirasa kurang efektif, karena 50 % ASN yang WFH tidak sebanding dengan beban polutan yang ada. Mungkin maksudnya bagi ASN yang WFH ini untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi sejenak saat berangkat kerja. 

    Padahal mewajibkan ASN berangkat kerja dengan kendaraan umum itu jauh lebih baik, tapi nyatanya tidak ada kebijakan demikian. Para pejabat inilah yang seharusnya mempelopori dan menjadi contoh untuk warganya untuk disiplin memakai kendaraan umum. Hal yang mengejutkan justru ia juga menghimbau untuk mulai menggunakan kendaraan listrik. Mungkin ini memang akan mengurangi masalah polusi udara, namun tetap saja tidak mengurangi masalah kemacetan Jakarta.

    Sebenarnya jika ingin cara mudah seperti yang saya katakan diawal, ya Hujan. Daripada membuat kebijakan yang aneh dan tidak masuk akal, mengapa tidak mengusahakan hujan buatan untuk DKi Jakarta dan sekitarnya. Tentu hal ini akan lebih efektif menurunkan tingkat polutan di langit Jakarta, ketimbang berandai – andai saat 50% orang dirumah udara akan semakin baik. Memang biayanya lebih tinggi, tapi itu kan wajar sebagai pemerintah untuk mengusahakan, dibandingkan dana APBD hanya dihabiskan untuk seremonial – seremonial dan pembelian barang dan jasa yang sia – sia.

    -----------------

    Schrijver.

    Copyright. ©. 2023. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad