Utang Luar Negeri RI Capai Rp. 6.500 Triliun, Sehatkah?
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Utang luar negeri (ULN) Republik Indonesia (RI) pada Januari 2020
tumbuh melambat tipis. Posisi ULN Indonesia pada akhir Januari
2020 tercatat 410,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 6.500 triliun dengan kurs
rupiah per dolar 16 ribu.
Utang
ini terdiri atas ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar 207,8
miliar dolar AS (setara Rp 3.300 triliun) dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN)
sebesar 203,0 miliar dolar AS (Rp 3.200 triliun). Data utang ini
berdasarkan penjelasan pers Bank Indonesia (BI) dalam situsnya, www.bi.go.id.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Menurut
BI, ULN Indonesia tersebut tumbuh 7,5% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Perkembangan tersebut
terutama disebabkan oleh perlambatan ULN swasta.
ULN
swasta tumbuh lebih rendah daripada bulan sebelumnya. Pada Januari 2020, ULN
swasta tumbuh 5,8% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan
sebelumnya sebesar 6,5% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN lembaga
keuangan.
BI
memerinci, secara sektoral utang luar negeri swasta didominasi oleh
sektor jasa keuangan dam asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air
panas dan udara (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor
industri pengolahan. Pangsa ULN pada keempat sektor tersebut terhadap total ULN
swasta mencapai 77,3%.
ULN
pemerintah tumbuh sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi ULN
pemerintah pada akhir Januari 2020 tercatat sebesar 204,9 miliar dolar AS atau
tumbuh 9,5% (yoy).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Perkembangan
ULN pemerintah didominasi oleh arus dana investor nonresiden di pasar surat
berharga nasional (SBN), termasuk dari penerbitan obligasi global dalam mata
uang USD dan euro. Penerbitan obligasi global merupakan bagian dari
strategi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan
memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang relatif stabil dan persepsi positif
yang kuat dari investor pada awal tahun.
Posisi
obligasi global pada bulan Januari 2020 meningkat sebesar 2,7 miliar dolar AS
atau tumbuh 8,1% (yoy). Sementara itu, posisi SBN domestik meningkat sebesar
2,4 miliar dolar AS atau tumbuh 21,9% (yoy).
BI
menjelaskan, ULN fokus pada pembiayaan beberapa sektor produktif yang mendukung
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mereka
adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,5% dari total ULN
pemerintah); sektor jasa pendidikan (16,3%); sektor konstruksi (16,2%); sektor
jasa keuangan dan asuransi (12,9%); serta sektor administrasi pemerintah,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,6%).
BI
menyatakan struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip
kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tecermin antara lain dari
rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada Januari 2020
sebesar 36,0%, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Di
samping itu, BI menjelaskan, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN
berjangka panjang dengan pangsa 89,3% dari total ULN.
Dalam
rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah
terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan
penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. BI menegaskan peran
ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
Utang
sebesar Rp 6.500 triliun ini belum termasuk tambahan utang-utang baru.
Pemerintah berencana akan menerbitkan obligasi global untuk mengatasi dampak
wabah virus corona sebesar 4,3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 69
triliun.
Sumber
:
Rep: Novita Intan
Red: Elba Damhuri
------------------
Schrijver.
2020. ©.
Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.