Jumlah Penderita Corona di Indonesia Bertambah - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Jumlah Penderita Corona di Indonesia Bertambah


    Oleh : Schrijver
         Baru beberapa pekan semenjak pemerintah mengeluarkan statement resmi, terkait dengan sudah menyebarnya virus Corona (Covid – 19) di Indonesia, jumlah penderita yang terkonfirmasi sampai tulisan ini dibuat (12 Maret 2020) sebanyak 34 orang.
         Pengumuman yang disiarkan secara nasional 10 hari yang lalu tersebut cukup membuat masyarakat geger dan panik. Masker mendadak menjadi komoditas primer. Hand sanitizer juga menghilang dari pasaran, seakan tidak ada cara mencuci tangan selain menggunakan itu.
    Gambar 1 : Seorang Calon Penumpang Kereta Terlihat Memakai Masker Sebelum Memasuki Kereta, Masker Masih Dianggap Sebagai Pencegah Covid - 19 Menjangkiti Tubuh Kita  (Sumber : https://www.balipost.com/wp-content/uploads/2020/03/balipostcom_who-umumkan-pandemik-covid-19-india-hentikan-visa-turis-hingga-15-april_01-696x464.jpg)

         Pernyataan mendadak di siang hari itu langsung mematahkan puluhan pernyataan pejabat negara (termasuk Menkes dan Presiden) dihari – hari sebelumnya yang menyatakan jika tidak ada penderita positif Covid – 19 di Indonesia. Namun, mengapa 10 hari lalu, tiba – tiba pemerintah menyatakan Indonesia juga terjangkit Covid – 19 ?.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Entah kenapa, Penulis beranggapan ada maksud tertentu dari pernyataan resmi yang langsung disampaikan oleh Presiden dan Menteri Kesehatan tersebut. Hari – hari sebelumnya beredar banyak argumen yang meragukan pernyataan ‘tidak ada pasien positif Covid – 19 di Indonesia’. Mulai dari virus yang mati di iklim tropis, sampai dengan daya tahan tubuh orang Indonesia yang sudah kebal dengan berbagai macam penyakit.
         Pernyataan keraguan di sebelum hari pengumuman, tidak hanya dari dalam negeri saja, namun juga dari negara – negara dikawasan asia tenggara dan eropa. Jika negara tetangga Indonesia seberti Singapura dan Malaysia, bahkan Australia yang berada diseberang terkonfirmasi Covid – 19, bagaimana mungkin Indonesia hanya dilewati saja.
         Padahal Covid – 19 sudah menyebar dan memberikan pengaruh ketakutan di seluruh dunia.
         Bagi Penulis, sebenarnya Covid – 19 ini sudah ada di Indonesia jauh beberapa hari sebelumnya, hanya saja pemerintah seperti enggan memberikan pernyataan resmi karena terkait akan buruknya iklim investasi di Indonesia, demikian pula industri pariwisata.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Bahkan saking pemerintah takut menurunnya pemasukan bagi negara, sampai – sampai rela berniat menyewa influencer dari luar negeri, supaya meyakinkan ‘aman’- nya Indonesia untuk dikunjungi. Seperti itukah cara negara memastikan kondisi dompetnya mengesampingkan kepentingan kesehatan warna negaranya?.
    Selain itu, Media Center Covid – 19 yang dibuat pemerintah tidak serta merta memberikan informasi jelas mengenai penderita terjangkit Covid – di Indonesia. Dari sekian conferensi pers yang telah dilakukan, hanya memberikan informasi jumlah penderita saja dengan memberikan identitas nomor, tanpa memberikan informasi nama, tempat tinggal dan dirawat dimana, wartawanpun dilarang untuk menanyakan hal tersebut.
    Gambar 2 : Media Center Covid - 19 (Sumber : https://www.indovoices.com/wp-content/uploads/2020/03/presiden-minta-masyarakat-tenang-covid-19-tidak-seperti-yang-dibayangkan-di-wuhan_5e6719b825bc8.jpeg)

         Memang hal ini demi menjaga nama baik pasien di masyarakat, namun hal ini dapat berarti hoax. Penulis beranggapan, jika pemerintah hanya merilis tambahan – tambahan ‘angka’ ini, padahal sebenarnya pasien aslinya tidak ada, bisa juga kan?. Entah untuk alasan supaya terlihat bahwa ‘ada loh pasien corona di Indonesia’, atau meredam keraguan dunia internasional atas ‘tidak adanya’ corona di Indonesia.
         Media center Covid – 19, memang bertujuan untuk memberikan informasi yang resmi dan satu sumber, supaya media semua berkiblat padanya, namun media center juga bisa menjadi sumber Hoax utama, karena dipercaya dan diyakini masyarakat dengan bantuan media.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Hal ini diperjelas setelah Menteri Komunikasi dan Informatika mengajak seluruh pimpinan media cetak maupun elektronik untuk berkumpul bersama dibeberapa hari yang lalu.
         Kekhawatiran itu sebenarnya wajar, karena pemerintah memang sedang memiliki pinjaman luar negeri yang tidak sedikit yang ‘katanya’ untuk pembangunan dan kemaslahatan warga negaranya. Namun nyatanya, masyarakat juga yang akan membayar pinjaman itu dari skema – skema yang dirancanakan pemerintah.
         Kenaikan iuran BPJS, kenaikan cukai rokok, kenaikan komoditas primer dipasaran, hingga yang terbaru Rancangan Undang – Undang Omnibus Law yang diharapkan akan menarik investor lebih banyak, namun (diduga) mengesampingkan kesejahteraan pekerja.
         Covid – 19 ini bak petir disiang bolong bagi pemerintah yang memang sedang sangat mengandalkan pemasukan negara lebih banyak untuk melunasi pinjaman. Tidak ada perkiraan di tahun – tahun sebelumnya akan ada virus pandemik yang sedemikian hebatnya hingga mulai menggoyang ekonomi dunia.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

         Pelabuhan banyak ditutup, imigrasi diperketat, dan bandar udara dibatasi dari dan menuju negara terdampak positif Covid – 19. Keadaan sulitnya dampak Covid – 19 ini perlahan mulai terasa, apalagi Indonesia banyak mengandalkan ekspor hasil Sumber Daya Alam (SDA) nya untuk mengisi devisa negara, dengan menjual ke negara – negara luar.
         Crude Palm Oil (CPO), Rayon atau Chip bahan baku kertas, minyak bumi, serta batu bara, lambat laun akan semakin menumpuk di dalam negeri karena pasar negara pembelinya berkurang akibat ditutupnya jalur perdagangan.
         Entah kekagetan apalagi selanjutnya dari dagelan yang akan diumumkan pemerintah republik ini untuk menambal isi dompetnya.
         --------------------
         Schrijver.
         2020. ©. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
         Subscribe.
        

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad