Suara Sumbang Speaker Masjid
Oleh : Yudha
BJ Nugroho
Sempat
beberapa bulan lalu, terdengar wacana bagi Kementerian Agama (Kemenag) untuk
menertibkan suara speaker masjid. Sontak wacana pemberitaan ini membuat
gaduh seisi negeri.
Mayoritas
penduduk negeri yang didominasi pemeluk agama Islam, kerap menuding ini adalah akal
– akalan bagi pemerintah untuk mendeskriditkan Islam serta pemeluknya. Selain
itu, bagi kaum muslim yang lebih ‘lunak’ pemikirannya, menanggapi santai atas
wacana ini.
Gambar 1 : Speaker Masjid (Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcQO8ey1Hb717Wl52LNEOTOpBspQD1shOl5IjAnhYWEn3lix4KZL) |
Wacana
ini muncul didasari atas laporan seseorang yang cenderung terganggu dengan
suara speaker masjid yang ada disekitar rumahnya. Sang pelapor ini
kebetulan adalah seorang non Muslim, sehingga muncul tudingan bahwa jika
pemerintah meluluskan wacana ini, maka membuat kaum muslim akan semakin terusik.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Dalam
kacamata penulis, selama ini sebenarnya kehidupan dan kemakmuran masjid di
suatu wilayah sudah sangat mendapat tempat dari masyarakat non muslim
disekitarnya. Apalagi masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah saja, namun
dibeberapa wilayah masjid juga dijadikan sebagai pusat informasi terkait pengumuman
– pengumuman mendadak.
Jika
disuatu wilayah yang diisi mayoritas muslim, tentu ada sedikit dari komunitas
tersebut yang beragama non muslim. Mereka cukup bertoleransi akan keberadaan
masjid, dan menerima suara Adzan yang dikumandangkan 5 kali dalam 1 hari.
Namun
yang ditanggapi masyarakat muslim justru berbeda. Bayangkan, saat ini bahkan
ada masjid yang menyiarkan melalui speaker pelaksanaan sholat 5 waktu,
dengan bacaan lengkap sang Imam. Adapula sholawatan, atau pengajian yang juga
disiarkan melalui speaker luar.
Masyarakat
muslim beranggapan,
‘adzan
saja mereka toleransi kok dengan speaker luar, coba kita siarkan juga dengan speaker
kegiatan kita sebagai wadah syiar islam’
Ya,
bagi yang mendengar dari kalangan muslim sendiri tentu tidak akan menjadi
masalah, namun betapa terganggunya mereka dari kalangan minoritas. Cobalah sesaat
memposisikan diri sebagai mereka. Jangan hanya karena mereka tidak komplain, sehingga
seenaknya mengambil keputusan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Mereka
juga perlu waktu istirahat, apakah tahu jika seandainya mereka memiliki masalah
pribadi yang butuh ketenangan.
Bagi mereka,
suara Adzan adalah ladang toleransi bagi umat Islam, namun bagi umat Islam
sendiri, apakah dengan menyaringkan suara speaker sebagai ladang
toleransi bagi umat minoritas?
-----------------
Penulis.
Yudha BJ
Nugroho
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.