Konflik Agama, Haruskah dijadikan Alasan ?
Oleh :
Yudha BJ Nugroho
Beberapa
tahun terakhir, ramai pemberitaan mengenai sentimen agama di negeri ini,
terutama Islam dan Kristen, yang tiada surut – surutnya. Entah mengapa, dahulu
kita bisa hidup tenang, sekarang seakan semua itu hilang.
Mulai
dari penutupan gereja, penusukan imam masjid, pengusiran seorang biarawan,
bahkan yang paling santer, kriminalisasi ulama. Sebenarnya konflik agama ini
merupakan isu yang sensitif, karena ini menyangkut ranah pribadi setiap
individu.
Kalau
melihat asal dari Agama Islam dan Kristen, tidak patut jika berkonflik atas
nama keyakinan, karena dua agama ini sama – sama agama Abrahamaik yang memiliki
sembahan yang sama, bersama dengan Agama Yahudi.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Di
Indonesia, mayoritas menganut agama Islam, dan agama Kristen yang dianut kedua
terbanyak, lebih diidentikkan dengan Agama dari Kolonialisme Belanda yang
datang dengan memberikan perlawanan terhadap Kesultanan Islam yang ada di
Indonesia. Hal ini yang membuat kalangan muslim cenderung memandang sebelah
mata karena asal usul agama Kristen datang ke Indonesia.
Sentimen
negatif hubungan Islam – Kristen cendrung terjadi di negara Melayu, seperti
Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Terlebih di negara Malaysia, sempat
ada Instruksi bahwa kata ‘Allah’ hanya boleh diucapkan oleh kalangan Muslim.
Ini yang sempat membuat heboh sampai akhirnya instruksi tersebut akhirnya
dicabut.
Selama
ini, agama Kristen lebih diidentikkan dengan Kristen Barat, ditambah lagi
kebanyakan Kitab Injil yang menjadi rujukan dalam penerjemahan adalah The
Holy Bible King James Version yang tentu berbahasa Inggris. Namun pernahkah
berfikir, kalau agama Kristen sendiri lahir dan juga berkembang di tanah Arab,
tepatnya didaerah Palestina.
Di
Negara – negara arab, seperti Mesir, Palestina, Syiria, dan lain – lain, agama
Kristen juga berkembang disana, dan tentu saja mereka juga berbahasa Arab dalam
kegiatan liturginya. Bahkan mereka juga menyebut kata ‘Allah’ sebagaimana Islam
menyebut kata ‘Allah’. Mereka juga mengucapkan salam yang sama dengan ucapan
salam dalam Agama Islam, ketika bertemu dengan sesamanya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Karena
bagi Kristen Arab, mereka juga menyembah Allah, sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Al-Masih. Bahkan kalau masyarakat Indonesia yang terlalu mengidentikkan
dengan Arab adalah Islam, tentu mereka akan kaget ketika mendengar Kristen Arab
membaca Kitab Injil. Pasti mengira mereka mengaji Alquran.
Inilah
kesalahan pemahaman umat Islam Indonesia yang terlalu kolot dalam mengambil
kesimpulan tentang Arab. Bahkan pernah, Penulis mendapati disuatu postingan ada
komentar dari banyak netizen, mengenai kutipan injil berbahasa Arab, langsung
dikomentari negatif, kristenisasi, penjebakan, kesesatan masa kini dan masih
banyak lagi kata – kata negatif lainnya.
Inilah
yang mestinya perlu diluruskan dan diupgrade ilmu umat Islam Indonesia mengenai
kekristenan. Janganlah terlalu mengidentikkan dengan ‘Tulisan Arab adalah Islam
dan Alquran’ itu salah. Belajarlah bahasa arab, Ilmu Nahwu dan Tashrif
(Shorof), serta pahami Alquran beserta terjemahnya.
Pada
saat umat islam di zaman Nabi Muhammad mengungsi ke wilayah Ethiopia yang
dipimpin oleh Raja beragama Kristen, umat Islam disambut dan Raja berkata ‘Iman
kalian dengan iman kami tidak lebih jauh dari garis yang kubuat didepan
kakiku’, diriwayatkankan jika garis yang dibuat raja, hanya berhadapan diantara
2 orang yang saling berpelukan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Kekristenan
Arab, salah satunya yang Penulis pelajari adalah Kristen Ortodoks Suriah (KOS).
Selain dari buku dan artikel, Penulis juga sering mendengarkan penjelasan
mengenai KOS ini dari seorang Penceramah bernama Bambang Noorsena melalui
Channel beliau di Youtube.
Penulis
banyak mengambil ilmu dari referensi dan penjelasan mengenai KOS ini. Umat Islam
di Indonesia seharusnya juga mempelajari mengenai kekristenan Arab supaya tidak
menjadi Umat Islam yang kolot dan cenderung kaku. Di timur tengah sendiri,
Islam dan Kristen mereka saling menganggap sebagai ‘saudara dekat’, karena
mereka paham dalam satu rumpun agama Abrahamaik.
Budaya
kekristenan di Indonesia, banyak diambil dari kristen barat, sehingga gap
dan perbedaan dengan agama Islam yang lebih dahulu berkembang di Indonesia
cukup besar. Seandainya dahulu yang menyebarkan agama kristen di Indonesia adalah
Kristen Arab, tentu gap pemisahnya akan lebih lunak.
Seperti
dikatakan Penulis diawal, bahwa sentimen negatif keagamaan antara Islam dan
Kristen di Indonesia, dilatarbelakangi dari kedatangan Agama Kristen ke
Indonesia dari para Penjajah Portugis dan Belanda, apalagi mereka banyak
melawan Kesultanan Islam sebagai penguasa lokal negeri ini, sehingga Agama
Kristen identik dengan Agama Penjajah.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Untuk
itu perlunya pendalaman dan penggalian informasi mengenai Kekristenan Arab, karena
kristen arab menurut penulis dapat dijadikan ‘Jembatan Pendamai’ antara Islam
dan Kristen di Indonesia.
----------------------
Penulis.
Yudha
BJ Nugroho.
Copyright,
2019. Subscribe
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.