Laporan 2 PEHDAS >> PENGUKURAN MORFOMETRI DAS : PENENTUAN LUAS DAN PANJANG SUNGAI - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Laporan 2 PEHDAS >> PENGUKURAN MORFOMETRI DAS : PENENTUAN LUAS DAN PANJANG SUNGAI

    PENGUKURAN MORFOMETRI DAS : 
    PENENTUAN LUAS DAN PANJANG SUNGAI
    Kelompok 6 :
    1.  Muh. Agil Hanafie  (E14110035)
    2.  Nurul Fadhilah  (E14110055)
    3.  Risma Prameswari K  (E14110076)
    4.  M. Iqbal Firdaus  (E14110086)
    5.  Dita Amari M.    (E14110110)
    6.  Yudha Bayu J    (E14110116)
    Dosen :
    Dr. Ir. Hendrayanto M.Agr\
    Asisten :
    Endrawati , S.Hut
    Khabibi Nurrofi , S.Hut
    Kurnia Andayani , S.Hut
    Bayu Pradana    (E14080059)
    Cecilya Budiaman  (E14090021)
    Agung Kriswiyanto  (E14090027)
    Mawardah Nur H.  (E14100039)
    Wulandari M.    (E14100047)
    Dimas Alfred    (E14100069)
    Laboratorium Hidrologi Hutan dan Pengelolaan DAS
    Departemen Manajemen Hutan
    Fakultas Kehutanan
    Institut Pertanian Bogor
    2014 

    BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
    Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kegiatan 
    di  dalam  melestarikan  sumber  daya  alam  dan  lingkungan.  Dalam  hal 
    pengelolaan DAS, berbagai studi telah dilakukan untuk mendukung analisis 
    dan  pengambilan  keputusan  terkait  tataguna  lahan.  Salah  satunya  melalui 
    pendekatan  karakteristik  DAS  dengan  menggunakan  aplikasi  Sistem 
    Informasi  Geografi  (SIG).  Untuk  dapat  mengetahui  keberhasilan 
    pengelolaan DAS, informasi mengenai karakteristik fisik DAS yang sangat 
    dipengaruhi  oleh  bentuk,  ukuran  dan  keadaan  jaringan  sungai  secara 
    kuantitatif diistilahkan sebagai morfometri suatu DAS merupakan hal yang 
    harus  dikuasai.  Morfometri  DAS  sangat  ditentukan  oleh  kondisi  fisiografi 
    dan iklim terutama hujan. Sifat morfometri antara lain : pola aliran sungai, 
    bentuk DAS, elevasi dan kemiringan DAS (Priyono dan Savitri,1997).


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    Morfometri DAS berhubungan erat dengan hidrologi, banyak para 
    ahli menggunakan hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses 
    hidrologi. Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi air limpasan (runoff) sangat ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS 
    ini  dapat  ditinjau  dari  berbagai  aspek,  salah  satu  aspek  adalah  keadaan 
    hidromorfometrinya.  Variabel  hidromorfometri  antara  satu  DAS  dengan 
    DAS  yang  lainnya  mempunyai  karakteristik  sendiri-sendiri.  Seberapa  jauh 
    perbedaan  variabel  morfometri  ni  dapat  diketahui  dengan  uji  statistik 
    (Asdak, 1995).
    Sebuah  pulau  selamanya  terbagi  habis  ke  dalam  Daerah-Daerah 
    Aliran  Sungai. Antara  DAS  yang  satu  dengan  DAS  yang  lainnya  dibatasi 
    oleh  titik-titik  tertinggi  muka  bumi  berbentuk  punggungan  yang  disebut 
    stream  devide  atau  batas  daerah  aliran  (garis  pemisah  DAS).  Bila  suatu 
    stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream devide range. 
    (Hallaf H.P., 2006).
    1.2 Tujuan
    Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan penentuan morfometri 
    DAS  yang  menggambarkan  karakteristik  DAS  menggunakan  perangkat 
    lunak SIG dan menentukan pola aliran aliran dan ordo sungai menggunakan 
    perangkat lunak serta menentukan geometri spasial sungai dengan SIG.
    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA
    Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan 
    satu  kesatuan  dengan  sungai  dan  anak-anak  sungainya,  yang  berfungsi 
    menampung,  menyimpan  dan  mengalirkan  air  yang  berasal  dari  curah  hujan  ke 
    danau atau ke laut secara alami, yang batas  di darat merupakan pemisah topografis 
    dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas 
    daratan  (outlet  (SK  Menteri  Kehutanan  No.  511/Menhut-V/2011).  Dunne  dan 
    Leopold (1978) mendefinisikan DAS sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh 
    pembatas  topografi  (punggung  bukit)  yang  menerima,  mengumpulkan  air  hujan, 
    sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar 
    pada satu titik. 
    Dua aspek utama dari DAS drainase adalah bentuk topografi dan struktur 
    topologic  jaringan  drainasenya.  Penghitungan  manual  komponen  ini  cukup 
    merepotkan dan memakan waktu. Penentuan otomatis adalah sebuah aplikasi yang 
    ideal teknologi GIS, karena DAS terdiri dari metode yang benar-benar partisi ruang 
    dan  banyak  fenomena  lingkungan  dapat  berkaitan  dengan  mereka.  Selain  itu, 
    pengetahuan  tentang  membagi  drainase  dan  jaringan  drainase  dapat  digunakan 
    untuk memberikan perkiraan yang lebih baik dari lereng dan aspek, karena lereng 
    harus putus pada jurang dan pada jalur. Penentuan jaringan drainase dan membagi 
    drainase terkait merupakan langkah pertama yang penting dalam penciptaan sistem 
    informasi hidrologi yang efektif.


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    Jaringan  drainase  simulasi  tidak  dapat  menangkap  semua  ideal  jaringan 
    aliran sebenarnya. Sebagai contoh, aliran sebenarnya kadang-kadang cabang hilir, 
    yang  tidak  dapat  terjadi  dengan  menggunakan  metode  yang  dijelaskan.  Juga, 
    jumlah  aliran  bergabung  di  persimpangan,  yang  dikenal  sebagai  valensi 
    persimpangan, hampir selalu tiga realitas, tetapi mungkin sebanyak delapan ketika 
    algoritma  delapan  arah  digunakan.  Sudut  persimpangan  ditentukan  oleh  geometri 
    sel  dalam  simulasi,  tetapi  sebenarnya  mereka  fungsi  medan  dan  proses  erosi. 
    Akhirnya,  di  daerah  lereng  yang  seragam,  teknik  ini  menghasilkan  banyak  aliran 
    paralel,  padahal  dalam  kenyataannya,  aliran  cenderung  berkeliaran  karena 
    ketidakrataan permukaan dan persimpangan yang dihasilkan mengurangi kepadatan 
    arus di daerah tersebut. Akibatnya, panjang saluran aliran per unit areal permukaan, 
    kerapatan drainase, sering terlalu tinggi dalam simulasi. Beberapa keterbatasan ini 
    dapat  diatasi  dengan  menggunakan  model  dinamis  jauh  lebih  kompleks 
    berdasarkan TINS (Tucker et al 2001).
    Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) adalah bagian dari DAS dimana air
    hujan  diterima  dan  dialirkan  melalui  anak  sungai  ke  sungai  utama.  Setiap  DAS 
    terbagi  habis  menjadi  wilayah  yang  lebih  kecil  yaitu  SubDAS-Sub  DAS,  dan 
    apabila  diperlukan  dapat  dipisahkan  lagi  menjadi  Sub-sub  DAS,  dan  demikian 
    untuk seterusnya (Sudarmadji 1997).  
    Asdak  (2007)  menjelaskan  bahwa  morfometri  DAS  merupakan  ukuran 
    kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan aspek geomorfologisuatu daerah. 
    Karakteristik ini terkait dengan proses pengatusan (drainase) air hujan yang   jatuh 
    di dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, 
    kerapatan  aliran,  pola  aliran,  dan  gradien  kecuraman  sungai.  Morfometri  DAS 
    sangat ditentukan oleh kondisi fisiografi (topografi dan  batuan) dan iklim terutama 
    hujan.
    Luas,  Panjang  dan  Lebar  Luas,  panjang,  serta  lebar  sungai  untuk  setiap 
    DAS berbeda-beda. Garis   batas daerah-daerah aliran  yang berdampingan disebut 
    batas  daerah  pengaliran.  Luas  daerah  sungai  diperkirakan  dengan  pengukuran 
    daerah  itu  pada  peta  topografi  (Sosrodarsono  dan  Takeda  2003).  DAS  dengan 
    bentuk  sempit  dan  memanjang  mempunyai  bentuk  hidrograf  aliran  yang  landai, 
    sebaliknya  DAS  yang  mempunyai   bentuk  yang  melebar  mempunyai  hidrograf 
    aliran  lebih  meruncing  (Priyono  dan  Savitri  1997).  Bentuk  suatu  daerah  aliran 
    mempengaruhi hidrograf aliran sungai dan debit aliran puncak. Banyak yang telah 
    dilakukan  untuk  mengembangkan  suatu  faktor  yang  menggambarkan  bentuk 
    daerah  aliran  melalui  suatu  indeks  numerik  tunggal.  Daerah  aliran  cenderung 
    berbentuk  bidang  bulat  seperti  buah  pear,  namun  aspek  geologis  menimbulkan 
    sejumlah  penyimpangan  yang  patut  diperhatikan  (Linsley  1996).  Menurut 
    Sosrodarsono  dan  Takeda  (2003),  koefisien  bentuk  DAS  dapat  dihitung  melalui 
    perbandingan antara luas DAS dengan kuadrat panjang sungai utama. Bentuk DAS 
    memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran   permukaan yang lebih 
    kecil dibandingkan dengan DAS yang berbentuk melebar atau melingkar.


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    Metode  kuantitatif  untuk  mengklasifikasikan  sungai  dalam  DAS 
    adalah   pemberian orde sungai maupun cabang-cabangnya secara sistematis. Orde 
    sungai  adalah  posisi  percabangan  alur  sungai  di  dalam  urutannya  terhadap  induk 
    sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai 
    akan semakin luas pula  DASnya dan akan semakin panjang pula alur sungainya. 
    Berdasarkan  Metode  Strahler,  alur  sungai  paling  hulu  yang  tidak  mempunyai 
    cabang  disebut  dengan  orde  pertama  (orde  1),  pertemuan  antara  orde  pertama 
    disebut  orde  kedua  (orde  2),  demikian  seterusnya  sampai  pada  sungai  utama 
    ditandai dengan nomer orde yang paling besar (Anonim, 2007). 
    Dalam  Anonim  (2007),  indek  tingkat  percabangan  sungai  (Rb)  dapat 
    dinyatakan dengan keadaan sebagai berikut: 
    1.  Rb  <  3  :  Alur  sungai  tersebut  akan  mempunyai  kenaikan  muka  air  banjir 
    dengan cepat, sedangkan penurunannya berjalan lambat.
    2.  Rb  >  5  :  Alur  tersebut  mempunyai  kenaikan  muka  air  banjir  dengan  cepat, 
    demikian pula penurunannya akan berjalan dengan cepat.
    3.  Rb  3  -  5  :  Alur  sungai  tersebut  mempunyai  kenaikan  dan  penurunan  muka 
    air  banjir yang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat.
    Kerapatan  sungai  adalah  suatu  indeks  yang  menunjukkan  banyaknya  anak 
    sungai  dalam  suatu  daerah  pengaliran.  Kerapatan  sungai  rendah  terlihat  pada 
    daerah dengan jenis tanah yang tahan terhadap erosi atau sangat permeable dan bila 
    reliefnya kecil. Nilai yang  tinggi dapat terjadi pada tanah yang mudah tererosi atau 
    relatif  kedap  air,  dengan  kemiringan  tanah  yang  curam,  dan  hanya  sedikit 
    ditumbuhi  tanaman  (Sosrodarsono  dan  Takeda  2003).  Kerapatan  daerah  aliran 
    (drainase) juga merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan air larian. 
    Semakin tinggi kerapatan daerah aliran, semakin   besar kecepatan air larian untuk 
    curah hujan yang sama. 
    Dalam  Anonim  (2007),  klasifikasi  indeks  kerapatan  sungai  adalah 
    sebagai  berikut: 
    1.  Dd: < 0,25 km/km2 : Rendah 
    2.  Dd: 0,25 - 10 km/km2 : Sedang 
    3.  Dd: 10 - 25 km/km2 : Tinggi
    4.  Dd: > 25 km/km2 : Sangat Tinggi 
    Berdasarkan  indeks  tersebut  di  atas,  dapat  diperkirakan  suatu  gejala 
    yang  berhubungan dengan aliran sungai, yaitu:
    1.  Jika nilai Dd rendah, maka alur sungai melewati batuan dengan resistensi keras 
    sehingga  angkutan  sedimen  yang  terangkut  aliran  sungai  lebih  kecil  jika 
    dibandingkan  pada  alur  sungai  yang  melewati  batuan  dengan  resistensi  yang 
    lebih lunak, apabila kondisi lain yang mempengaruhinya sama. 
    2.  Jika nilai Dd sangat tinggi,  maka alur sungainya melewati batuan yang kedap 
    air. Keadaan ini  akan menunjukan bahwa air hujan  yang menjadi  aliran  akan 
    lebih besar jika dibandingkan suatu daerah dengan Dd rendah melewati batuan 
    yang permeabelitasnya besar. 
    Sosrodarsono dan Takeda (2003) menyatakan bahwa biasanya indeks kerapatan 
    sungai  adalah  0,30  sampai  0,50  dan  dianggap  sebagai  indeks  yang  menunjukan 
    keadaan  topografi  dan  geologi  dalam  DAS.  Indeks  kerapatan  sungai  akan  kecil 
    pada  kondisi  geologi  yang  permeable,  di  pegunungan-pegunungan  dan  di  lerenglereng, tetapi besar untuk daerah yang banyak curah hujannya.
    Lynsley  (1949  dalam  Anonim  2007),  menyatakan  bahwa  jika  nilai 
    kerapatan  aliran  sungai  lebih  kecil  dari  1  mile/mile2  (0,62km/km2),  maka  DAS 
    akan mengalami   penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran sungai lebih 
    besar  dari  5  mile/mile2  (3,10  km/km2),  maka  DAS  akan  sering  mengalami 
    kekeringan.


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    BAB III
    METODOLOGI PRAKTIKUM
    2.1 Waktu dan tempat
    Praktikum Pengukuran Morfometri DAS dilakukan di Auditorium 1 
    Fakultas Kehutanan IPB pada hari Kamis pukul 09.00-12.00, yang merupakan 
    lanjutan dari praktikum minggu kedua.
    2.2 Alat dan Bahan
      Alat
    1.  Laptop yang telah memiliki software ArcGIS 9.3
    2.  Alat tulis
      Bahan
    1.  Data Kali Madiun, Sub DAS Solo, dan hasil praktikum minggu kedua 
    (flowdir,streamnet,sub_das_solo,stro_1 dan stro_2)
    2.3  Metode Praktikum
    1.  Buka aplikasi Arc Map
    2.  Klik Add Data, masukkan file hasil praktikum minggu kedua : streamnet, 
    stro_1, stro_2, flowdir, dan subdas_solo
    3.  Klik ArcToolbox, kemudian pilih Spatial Analyst Tools dan pilih Strem to 
    feature (input stream raster : sto_1, input flow direction raster : flowdir, 
    output : Ordo_DAS Madiun)
    4.  Checklist Ordo_DAS madiun saja, klik Data Management Tools, pilih 
    Project and Transformation, pilih Feature (input dataset or feature class: 
    Ordo_Sungai Madiun, output dataset or feature class: Madiun, output 
    coordinate system : klik select -> Projected Coordinate System -> UTM -> 
    WGS 1984 -> WGS 1984 UTM Zone 49S.prj -> Add -> aplly -> ok
    5.  Checklist Madiun, klik kanan Open atribut , klik Option -> add field -> 
    tulis pjg_ordo , type:double, precision : 7 scale :2, ok
    6.  Klik kanan pada kolom pjg_ordo pilih calculate geometry 
    7.  Kemudian untuk menentukan jumlah sungai pada ordo, klik GRID_CODE 
    -> Summarize -> ok, klik kanan, open, copy ke excel. 
    8.  Open attribute di sto_1, shift ordo 567, klik Analyst Spatial Tools pilih 
    hydrology -> Stream to feature -> input stream raster : sto_1, input flow 
    direction: flowdir, output StreamT_sto1
    9.  Kemudian klik Data Management Tools -> Project and Transformation -> 
    Feature -> Project -> Select -.> Projected Coordinate System -> UTM -> 
    WGS 1984 -> WGS 1984 -> WGS 1984 UTM Zone 49S.prj -> Add -> 
    apply -> ok, save Ordo_567 UTM
    10.  Klik kanan, open attribute -> tabel -> select
    11. Add Batas Kali Madiun UTM, klik kanan, properties, categories , unique
    12.  Ordo_567 UTM, klik kanan, properties, Value field: GRID CODE, 
    checklist: all value pada symbol, klik ok.
    13.  Untuk menghitung Luas DAS, klik Hidrology pada Spatial Analyst Tools, 
    pilih Stream Link.


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    PEMBAHASAN
    Pengukuran  Morfometri  Daerah  Aliran  Sungai  secara  kuantitatif  ini 
    dilakukan  menggunakan  perangkat  lunak  GIS.  Pada  praktikum  Pengelolaan 
    Ekosistem Hutan dan DAS minggu ke-3 ini, karakteristik DAS yang diamati adalah 
    jumlah  ordo  sungai,  panjang  ordo  sungai,  luas  dan  keliling  subdas,  serta  indeks 
    percabangan dan kerapatan sungai. 
    Pengamatan  pertama  yang  dilakukan  adalah  menghitung  jumlah  ordo 
    sungai.  Praktikum  ini  dalam  menentukan  ordo  menggunakan  metode  Strahler 
    dengan  ketentuan  ordo  sungai  akan  bertambah  apabila  sungai  pada  setiap  ordo 
    yang  bernilai  sama  saling  berpotongan  di  suatu  titik  (Asdak  1995).  Jumlah  ordo 
    sungai dapat diketahui dengan membuka tabel atribut pada kali madiun kemudian 
    klik kanan pada bagian grid code lalu summarize dan OK. Setelah itu, copy data ke 
    excel, maka akan muncul tabel seperti ini.
    Tabel 1. Jumlah Ordo Sungai
    Ordo Sungai  Jumlah Ordo
    1  1075
    2  549
    3  289
    4  147
    5  35
    6  25
    7  13
    Dari  tabel  diatas  dapat  dijelaskan  bahwa  pada  DAS  Solo  terdapat  7 
    tingkatan  ordo  sungai  dengan  jumlah  ordo  1  (ordo  sungai  terkecil)  ada  1.075, 
    jumlah ordo 2 ada 549, jumlah ordo 3 ada 289, jumlah ordo 4 ada 147, jumlah ordo 
    5 ada 35, jumlah ordo 6 ada 25 dan jumlah ordo 7 (ordo sungai terbesar) ada 13. 
    Tampilan  masing-masing  ordo  diberikan  variasi  warna  yang  berbeda  agar  dapat 
    diketahui  perbedaannya  dari  masing-masing  ordo  tersebut.  Berikut  dapat  terlihat 
    pada gambar.1. 
    Gambar 1. Tampilan Ordo 1 sampai ordo 7 
    Gambar 2. Tampilan Ordo 5,6 dan 7
    Pengamatan  kedua  adalah  menentukan  panjang  ordo  sungai.  Pengamatan 
    panjang  ordo  hanya  dilihat  pada  ordo  5,6  dan  7.  Panjang  ordo  sungai  dapat 
    diketahui  dengan  cara  membuka  tabel  atribut  pada  “Ordo  567”  kemudian 
    tambahkan  field,  ketik  “pjg_ordo”  dengan  tipe  double  7&2  lalu  klik  kanan  pada 
    “pjg_ordo” dan calculate geometry, maka akan muncul tabel seperti ini. 
    Tabel 2. Panjang Ordo Sungai
    GRID_CODE  Pjg_ordo
    1  5  29333.64
    2  5  1359.47
    3  5  5359.70
    4  5  731.13
    5  6  30528.24
    6  6  10877.43
    7  7  12193.89


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa ordo 5 memiliki panjang 
    ordo 29.333,64 meter , 1.359,47 meter , 5.359,70 meter , dan 731,13 meter dengan 
    total panjang ordo pada ordo 5 adalah 36.783,94 meter. Ordo 6 memiliki panjang 
    ordo 30.528,24 meter dan 10.877,43 meter dengan total panjang ordo pada ordo 6 
    adalah 41.405,67 meter. Sedangkan ordo 7 memiliki panjang ordo 12.193,89 meter. 
    Berdasarkan tabel diatas,  dapat dijelaskan bahwa ordo 5 memiliki panjang 
    ordo 29.333,64 meter , 1.359,47 meter , 5.359,70 meter , dan 731,13 meter dengan 
    total panjang ordo pada ordo 5 adalah 36.783,94 meter. Ordo 6 memiliki panjang 
    ordo 30.528,24 meter dan 10.877,43 meter dengan  total panjang ordo pada ordo 6 
    adalah 41.405,67 meter. Sedangkan ordo 7 memiliki panjang ordo 12.193,89 meter. 
    Menghitung luas Sub DAS
    Menghitung  luasan  sub  DAS  dengan  cara  Spasial  Analyst  Tools  –
    Hydrology  -  Stream  Link.  Input  stream  raster  :  stream_net.  Input  flow
    direction raster : flowdir_das dan Output raster = StreamL_DAS
    Membatasi Sub DAS Madiun dengan tools Spasial Analyst Tools-  HydrologyWatershed, lalu  Input flow direction  raster  : flowdir_DAS  dan  Input raster or 
    feature pour point data : streamL_DAS, Output raster : watershed_DAS- OK
    Hasil dari Proses Watershed adalah sebagai berikut :
    Menkonversi  bentuk  raster  menjadi  polygon  dengan  tools    dengan  cara  klik 
    Arc Tool Box- Conversion Tools- From Raster- Raster to Polygon
    Hasil raster yang dirubah menjadi polygon
    Sebelum melakukan penghitungan luas Sub DAS Madiun,  koordinat acuan 
    citra harus di ubah menjadi Koordinat UTM seperti langkah sebelumnya.
    Menghitung luas sub DAS dengan cara klik kanan sub_DAS_UTM, klik Open 
    attribute,  klik  Options,  lalu  Add  Field-  Nama  :  luas,  Type  :  double,  Field 
    properties- precision:7 dan Scale :2 -OK 
    Klik kanan luas , klik Calculate Geometry, klik yes. Property : Area , Units: 
    Square Meter
    Menghitung  keliling  sub  DAS  dengan  cara  klik  kanan  sub_DAS_UTM,  klik 
    Open attribute, klik  Options, lalu  Add  Field-  Nama :  keliling,  Type  : double, 
    Field properties- precision:7 dan Scale :2 -OK
    Klik kanan keliling , klik Calculate Geometry, klik yes. Property : perimeter 
    , Units: Meter (m) - OK
    Luas dan keliling sub DAS
    Luas (Ha)  365483.07
    Keliling (m)  14494303.63
    Luas Sub DAS madiun UTM sebesar 365483.07 Ha dan keliling sub DAS 
    Madiun  UTM sebesar 14494303.63 m.
    4.  Menghitung indeks percabangan sungai
    Rumus Indeks Percabangan Sungai: 
    Rb = Nu/Nu+1 
    Keterangan:
    Rb   = Indeks tingkat percabangan sungai
    Nu   = jumlah alur sungai untuk orde ke u
    Nu + 1   = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1 
    Ordo Sungai  Jumlah Sungai  Rb
    1  1075  1.95810565
    2  549  1.89965398
    3  289  1.96598639
    4  147  4.2
    5  35  1.4
    6  25  1.92307692
    7  13  0
    Caranya : 
    Rb = Nu/Nu+1
    Rb1 = 1075 /1549 =1.95810565
    1.  Menghitung indeks kerapatan sungai
    Indeks Kerapatan Sungai dihitung dengan rumus:
    D  = L/A
    Keterangan:
    D  = indeks kerapatan sungai (km/km
    2
    )
    L   = jumlah panjang seluruh alur sungai (Km)
    A   = Luas DAS (km
    2
    )
    Caranya : L= 14494303.63 Ha= 14494.30363 Km
    A=  3654.83065648 km
    2
    D = 14494.30363 km / 3654.83065648 (km
    2
    )=3.97 km/km
    2
    Indeks kerapatan sungai sebesar 3.97 km/km
    2


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    KESIMPULAN
    Pengukuran morfometri sungai dilakukan  dengan cara  menganalisis kontur 
    ataupun  ketinggian  pada  peta  DEM  (Digital  Elevation  Model)  untuk  mengetahui 
    daerah  aliran  sungai  (flow  direction)  dan  mengetahui  akumulasi  air  utama  untuk 
    sungai utama, jaringan sungai dengan logika map algebra, serta sistem ordo sungai 
    menggunakan  data  jaringan  sungai  tersebut.  Sistem  ordo  sungai  dapat  diketahui 
    jumlah  ordo  dan  panjang  sungai  pada  ordo  tersebut  dengan  terlebih  dahulu 
    menjadikan  data  raster  menjadi  vector.  Setelah  mengetahui  panjang  ordo,  maka 
    dapat  diketahui  luas  daerah  aliran  sungai,  serta  kelilingnya,  dan  akhirnya 
    mengetahui indeks kerapatan sungai.
    Daftar pustaka
    Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta 
    (ID): Gajah Mada University Press
    Hallaf, H.P.2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Makassar (ID) : Jurusan 
    Geografi FMIPA UNM 
    Hidayah,R.2008.Analisis Morfometri Sub Daerah Aliran Sungai Karangumus 
    dengan Aplikasi Sistem Informasi Georafis.Samarinda : Fakultas 
    Kehutanan Universitas Mulawarman.[skripsi]
    Linsley, JG. 1949. Hydrology For Engineering. USA: Prentice Hall.
    Linsley. 1996. Hidrologi Untuk Insinyur. Jakarta (ID) : Erlangga.
    Priyono,C.N.S dan Savitri,E.1997.Hubungan antara Morfometri dengan 
    Karakteristik Hidrologi suatu Daerah Aliran Sungai (DAS): Studi kasus 
    Sub DAS Wader.Jakarta: Buletin Pengelolaan DAS Vol.III.No.2.
    Sosrodarsono dan Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan.Jakarta (ID) : 
    Pradnya Paramita.

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad