Menyusuri di Gunung Demi Beras: Perjuangan Remaja Sibolga Tempuh 5 Jam Perjalanan Menembus Hutan - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Menyusuri di Gunung Demi Beras: Perjuangan Remaja Sibolga Tempuh 5 Jam Perjalanan Menembus Hutan

    Tangkapan layar seorang wanita yang rela berjalan menyusuri hutan dan gunung selama lima jam demi menjemput bantuan logistik. (TikTok/Apa Aja)

    YUDHABJNUGROHO
     – Medan yang sulit dan hilangnya akses jalan setelah bencana memaksa penduduk Sibolga, Tapanuli Tengah, menghadapi perjuangan luar biasa untuk bertahan hidup. 

     

    Untuk mendapatkan bantuan logistik, mereka harus mengambil risiko dengan berjalan kaki melewati area pegunungan. 

     

    Kisah yang menyentuh hati sekaligus menunjukkan semangat ini dibagikan melalui akun TikTok @Apa Aja pada Rabu, 17 Desember 2025. 

     

    Dalam video tersebut, seorang gadis muda menceritakan betapa sulitnya perjalanan yang harus mereka tempuh untuk sampai ke tempat pengungsian. 

     

    Ia menyebutkan bahwa perjalanan untuk mengambil bantuan bisa memakan waktu berjam-jam karena kondisi medan yang sangat menantang. 

     

    "Kami butuh lima jam untuk pulang-pergi," ungkapnya dalam video tersebut. 

     

    Keterbatasan fisik membuat mereka tidak bisa membawa semua bantuan sekaligus. 

     

    Akibatnya, mereka harus meninggalkan sebagian logistik di jalan dan kembali keesokan harinya untuk mengambil sisa bantuan. 

     

    "Kami kembali hanya untuk mengambil beras yang kami tinggalkan kemarin, karena tidak mampu membawanya sekaligus," tambahnya. 

     

    Cuaca yang ekstrem juga menjadi tantangan utama selama perjalanan. Meskipun hujan deras, mereka tetap berusaha melintasi hutan dan gunung karena kebutuhan pangan yang mendesak di tempat pengungsian. 

     

    "Kemarin kami terjebak di hujan. Di jalur gunung, kami hanya berlari," katanya menggambarkan suasana mencekam saat melewati jalur pegunungan. 

     

    Kekhawatiran akan longsor atau bahaya lain di daerah pegunungan membuat mereka harus bergerak dengan cepat. Bagi mereka, kecepatan adalah kunci keselamatan di medan yang tidak stabil. 

     

    "Apa boleh buat, keselamatan jiwa lebih utama," tambahnya dengan nada pasrah tetapi penuh semangat. Rasa sakit fisik akibat medan yang tajam seolah tidak terasa demi memenuhi kebutuhan perut keluarga mereka. 

     

    "Kami kadang tidak merasakan duri di kaki," tutup wanita itu menceritakan pengalamannya. 

     

    Perjuangan warga Sibolga ini menggambarkan betapa sulitnya distribusi bantuan di daerah yang terisolasi secara geografis, di mana nyawa dipertaruhkan hanya untuk sepiring nasi.y©

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad