Jamu, Susu Kuda Liar, Nasi Padang, serta Lockdown
Belakangan
beredar dikalangan masyarakat kepercayaan mengenai cara – cara terampuh dalam
menangkal virus corona (Covid – 19). Mulai dari empon – empon hingga ramuan
tradisional lainnya. Kabar ini kemudian diamini oleh masyarakat luas dan
menjadi salah satu bumbu dapur paling banyak dicari saat ini.
Tak
ketinggalan pula petinggi negeri ini berseloroh mengenai ramuan dan makanan
Indonesia yang dipercaya dapat meningkatkan imun dari tubuh penggunanya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Bapak
Presiden menyarankan untuk minum jamu tradisional, Bapak Wakil Presiden
menyarankan untuk minum susu kuda liar, yang kerap dihasilkan dari pulau
Sumbawa, serta juru bicara Media Center Covid – 19 menyarankan untuk
mengonsumsi Nasi Kapau / Nasi Padang.
Tidak
salah sih, mempercayai hal tersebut, terlebih jamu tradisional yang
sudah turun – temurun dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai ramuan
herbal. Namun, perlu juga dibarengi dengan kesediaan untuk memeriksakan diri ke
lembaga yang kompeten jika memang merasa kurang enak badan, sebagai langkah
antisipasi.
Gambar 1 : Jamu Tradisional, ramuan racikan rempah - rempah yang sedang naik daun saat ini (Sumber : https://tabloidsinartani.com/uploads/news/images/770x413/-_190613145657-456.jpg) |
Dari
saran – saran petinggi negeri, yang menarik perhatian dan sedikit lucu adalah
Nasi Kapau. Mengapa?. Karena Nasi Kapau sendiri adalah masakan yang memang
dibuat dengan kaya rempah dan bumbu rimpang. Namun akankah masakan ini memang
dapat menangkal virus Covid – 19, atau malah menimbulkan penyakit lainnya.
Nasi
Kapau bila dimakan dan membuat kenyang, tentunya akan membuat tubuh terasa
segar dan berenergi, dibandingkan dengan seseorang yang sedang lapar. Bila
alasan hal ini, bukan hanya Nasi Kapau, makanan lainpun dapat menimbulkan hal yang
sama.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Terlepas
dari seloroh petinggi negeri tersebut yang dikalangan masyarakat dapat
diartikan sebagai keseriusan atau guyonan, sampai Opini ini dibuat (20 Maret
2020), pemerintah belum juga mengeluarkan kebijakan lockdown total yang
banyak diterapkan oleh berbagai negara saat ini.
Entah
apa pertimbangan nya mengenai kebijakan lockdown total ini, namun
Penulis juga menganggap jika kebijakan ini dibuat, bagaimana penerapannya di
lingkungan masyarakat.
Jika
negara lain menerapkan kebijakan lockdown total dengan melarang setiap
warga negara untuk berpergian dan berkeliaran melakukan hal tidak penting,
secara serentak warga menuruti, diikuti dengan penutupan seluruh gerai dan toko
– toko komersial, terkecuali gerai makanan dan apotek.
Namun
akan menjadi dilema jika kebijakan lockdown total ini diterapkan di
Indonesia. Ada begitu banyak masyarakat kita yang mencari rezeki sebagai
pedagang asongan, baik dipinggir jalan maupun keliling. Ditambah lagi pengemudi
ojek online, yang setiap hari mencari rezeki mengitari seluruh penjuru kota.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Pendapatan
mereka sehari memang tidak seberapa, namun itulah mata pencaharian utama
mereka. Menurut Penulis, mereka lebih takut besok keluarganya tidak makan
karena hari ini tidak mencari rezeki, dibandingkan takut virus Covid – 19 yang
wujudnya tak nampak.
Apakah
jika menuruti pemerintah dengan berdiam diri dirumah, lantas pemerintah
menjamin kehidupan mereka setiap hari dengan mengirimkan bantuan makanan?.
Kebijakan
Lockdown total memang efektif di negara – negara dengan tingkat ekonomi
lebih mapan. Masyarakatnya mempunyai rezeki lebih, sehingga mampu membeli dan
memborong bahan makanan bahkan untuk satu bulan kedepan.
Menurut
Penulis, kebijakan saat ini yang tepat adalah Lockdown sebagian, yaitu
hanya melarang warga negara untuk keluar negeri, dan melarang warga luar negeri
untuk datang ke Indonesia. Mungkin akan menjadi sulit jika komoditas pokok
negeri ini masih mengandalkan pasar impor.
Seperti
beras, bawang – bawangan, kedelai, dan komoditas lainnya, yg belum bisa
diproduksi cukup di negeri ini. Lockdown lambat laun akan menimbulkan
kelangkaan. Disamping itu komoditas ekspor dalam negeri juga terganggu, sumber
daya alam yang telah diambil akan menumpuk kehilangan pasar luar negeri. Kayu,
batu bara, minyak bumi, tentu akan berimbas pada pengurangan karyawan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Banyak
pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan. Sebagai warga negara
hendaknya menyikapi segala keputusan pemerintah dengan bijak. Manfaatkan segala
kemungkinan yang ada, jangan serta merta putus asa dengan kebijakan pemerintah
yang cenderung berubah – ubah.
--------------------
Schrijver.
2020.
©. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
Subscribe.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.