Nol Kilometer Kota Balikpapan
Oleh : Yudha BJ
Nugroho
Nol
kilometer sebuah kota di Indonesia, dewasa ini memang tidak menjadi hal utama
bagi pengetahuan masyarakat banyak. Karena penghitungan jarak antar kota bagi
mayoritas penduduk hanya sebagai ancer – ancer saja.
Ukuran
jarak antar kota ini begitu perlu bagi Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan
Umum dalam menjalankan pekerjaannya. Sebenarnya sejarah nol kilometer ini sudah
muncul sejak era pemerintah Kolonial Belanda membangun Jalan Raya Pos.
Gambar 1 : Titik Nol Km Kota Balikpapan |
Dahulu
jalan raya yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda, diutamakan untuk
pengiriman surat penting dan dokumen kenegaraan, sehingga Jalan Raya Pos menjadi
nama utama, seperti contoh Jalan Deandles, yang membentang dari ujung barat
pulau Jawa, Anyer, sampai dengan ujung timur pulau Jawa di Panarukan.
Baca Juga : Jalan Rusia di Kalimantan Timur (Sejarah Jalan Soekarno - Hatta)
Baca Juga : Jalan Rusia di Kalimantan Timur (Sejarah Jalan Soekarno - Hatta)
Contoh
awal Kota pada zaman Pemerintah Kolonial Belanda yang menerapkan titik Nol
kilometer adalah Kota Batavia (Jakarta) dan Kota Buittenzorg (Bogor). Titik Nol
Kilometer saat itu untuk Kota Batavia adalah ujung tiang diatas Stadhuis van
Batavia yang sekarang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah. Gedung ini dahulu
merupakan Kantor Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Di
Kota Bogor juga serupa, titik nol kilometer ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda berupa ujung tiang diatas Istana Bogor, yang saat ini titik nol Kota
Bogor tersebut digeser ke seberang jalan diluar pagar istana, dirubah berupa tugu
didekat Hotel Salak The Heritage.
Di
Kota tempat saya domisili saat ini, Kota Balikpapan, banyak masyarakat mengira,
titik nol berupa bundaran simpang lima di daerah Rapak. Dari diskusi dan
beberapa narasumber yang bercerita kepada saya, Bundaran rapak menjadi titik
Nol baru setelah pembangunan Jalan Raya Baru Ke Kota Samarinda.
Jalan
Soekarno – Hatta, yang dikenal masyarakat Balikpapan sebenarnya merupakan Jalan
raya baru menggantikan rute lama ke Kota Samarinda, yang telah ada sejak zaman
Pemerintah Kolonial Belanda membangun Kota Balikpapan. Jalan Raya baru ini yang dahulu dikenal sebagai jalan Projakal singkatan dari Proyek Jalan Kalimantan.
Baca Juga : Jalan Rusia di Kalimantan Timur (Sejarah Jalan Soekarno - Hatta)
Baca Juga : Jalan Rusia di Kalimantan Timur (Sejarah Jalan Soekarno - Hatta)
Rute
lama menuju Kota Samarinda sebenarnya menyusuri garis pantai timur kota Balikpapan,
melewati Manggar, Batakan, Handil, hingga ke Samboja, dan Muara Jawa. Setelah itu
dilanjutkan menggunakan kelotok, sejenis kapal boat menggunakan kayu,
menyebrang ke Kota Samarinda.
Rute
lama ini lah yang menjadi dasar bagi Pemerintah Kolonial Belanda menetapkan
titik nol kilometer dimulai dari Pantai Melawai. Bukti tugu ini masih ada
sampai saat ini, di depan Kantor KPU (komisi Pemilihan Umum) Melawai, ada
sebuah tugu yang bertuliskan BPP 0, dan SMJ 52 yang diduga Samboja berjarak 52
Km.
Saya
berharap tulisan ini banyak dibaca Warga Kota Balikpapan, sebagai bagian dari
sejarah Kota yang perlu dikenang dan dilestarikan.
Yudha BJ Nugroho - Ikuti Untuk Info Terbaru Subscribe
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.