Mengenang Pemikiran Pak Andi Hakim Nasoetion - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Mengenang Pemikiran Pak Andi Hakim Nasoetion

    Mengenang Pemikiran Pak Andi Hakim Nasoetion
    by: Asep Saefuddin
    Rektor Universitas Trilogi/Guru Besar Statistika IPB.

    Pak Andi, lengkapnya Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion, adalah peletak pendidikan statistika di Indonesia. Beliau lahir tanggal 30 Maret 1932 dan wafat tangfal 4 Maret 2002. Di Indonesia, Pak Andi juga dikenal sebagai orang pertama membuat sistem pendidikan sarjana 4 tahun pada tahun 1972. Walaupun awalnya gagasan sarjana empat tahun ini mendapat banyak rintangan, akhirnya tahun 1980 diterima secara nasional.

    Gagasan sarjana empat tahun tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kesatuan integral dengan pendidikan pascasarjana. Artinya, sarjana empat tahun itu dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang magister dan lalu doktor secara terstruktur. Ketiga jenjang itu, yakni sarjana, magister, dan doktor itu disebut strata satu (S1), strata dua (S2), dan strata tiga (S3) yang saat ini menjadi model pendidikan tinggi di Indonesia.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Dengan demikian, para lulusan PT Indonesia dapat masuk ke PT di luar negeri (terutama USA) sesuai dengan jenjangnya secara otomatis. Sebelum pola ini, lulusan PT Indonesia yang menghabiskan waktu enam tahun tidak otomatis dapat masuk ke program doktor, karena mereka tetap dianggap lulusan prasarjana (undergraduate). Artinya, secara sistem, kita rugi dua tahun bila ingin meneruskan pendidikan pascasarjana (postgraduate). (Pascasarjana dibaca pasca, bukan paska, karena kata pasca itu diambil dari post bukan paskah, demikian Pak Andi menceritakan kepada saya suatu waktu tahun 1997). Saat ini, sarjana Indonesia tidak dirugikan secara sistem dibandingkan dengan sistem pendidikan di luar negeri.

    Ketika program pendidikan sarjana empat tahun dimulai tahun 1972 saat itu pun Pak Andi telah menyiapkan program pascarjana untuk dibuka tahun 1976. Mengapa tahun 1976? Tidak lain adalah untuk menampung angkatan pertama sarjana empat tahun yang akan lulus tahun 1976. Pada kenyataannya program magister dibuka satu tahun lebih cepat, yakni tahun 1975. Program itu dibuka bagi para dosen dan peneliti kementrian, yakni para sarjana enam tahun (sebelum ada program empat tahun) yang berkeinginan meningkatkan kemampuan penelitiannya setingkat magister. 

    Mereka pada umumnya para dosen yang karena sesuatu hal tidak bisa melanjutkan pendidikan pascasarjana ke luar negeri. Misalnya karena alasan keluarga atau bahasa Inggris.
    Dalam hal terobosan penerimaan mahasiswa baru, Pak Andi melakukan pola penerimaan tanpa ujian saringan masuk pada tahun 1975 (untuk input mahasiswa angkatan 1976 IPB). Pada saat itu, model penerimaan tersebut belum mempunyai nama, sehingga dikenal dengan sebutan tanpa testing saja. Pada dekade 70, pola ini keluar dari mainstream, karena hampir semua PT membuat saringan masuk lewat ujian. 

    Oleh karena itulah di berbagai kota bermunculan lembaga bimbingan test masuk PT. Yakni suatu pelajaran membuat trik dan strategi menjawab soal ujian masuk PT pilihan berganda. Ini juga yang dikecam oleh Pak Andi, karena berefek mematikan daya juang anak didik dalam mencari ilmu pengetahuan. Namun demikian, bimbingan test sangat digandrungi para siswa dan orang tua murid, dan bahkan guru-guru yang mencari tambahan penghasilan. Dus, memang saat itu Pak Andi menjadi sendirian.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Pada tahun 1977 pola tanpa testing itu diadopsi secara nasional dengan nama PP II (Proyek Perintis) dimana PP I adalah sistem ujian. PP II terus berkembang menjadi PMDK atau Penelusuran Minat dan Kemampuan yang dilakukan oleh masing-masing PT.  Sejak 2013 pola ini diadopsi secara nasional dengan nama SNMPTN (Sistem Nasional Masuk PTN), selain SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk PTN) untuk pola ujian. Dengan adanya pola ujian masuk, sulit menutup bimbingan test, walaupun namanya lebih diperhalus dengan nama baru, Bimbel, Bimbingan Belajar.
    Ketika Pak Andi berkeinginan untuk membuat kurikulum S1 statistika di IPB, tahun 1976 melakukan pengamatan ke beberapa SMA mengenai pemahaman statistika, selain ke beberapa pengguna statistika. Pada saat itu, statistika lebih banyak dipergunakan di dunia riset pertanian. Pak Andi menemukan daya rancang dan analisis siswa SMA tidak terlalu menggembirakan. Di lain pihak, keterampilan analisis dan perancangan sangat diperlukan. Sehingga penguatan statistika di IPB difokuskan pada perancangan percobaan dan analisis statistika, khususnya untuk dunia pertanian, termasuk kehutanan, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan peternakan. Pola pendidikan statistika akhirnya dikemas dengan sistem major-minor. Yakni, mahasiswa major (program utama) statistika bisa mengambil minor atau bidang terapan sesuai dengan minatnya. Diharapkan para lulusan mampu menjawab persoalan dengan kekuatan perencanaan, perancangan, dan analisis untuk penarikan kesimpulan yang sahih.

    Di dunia pembinaan penelitian, Pak Andi juga membuat program LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) untuk siswa-siswi SMA/K. Program ini dicangkokkan lewat kerjasama LIPI dan Kemendikbud yang pada tahun 1977. Beliau terus menjadi Ketua Tim Juri sampai wafat, 4 Maret 2002. Dari LPIR inilah Pak Andi mengundang para pemenang satu sampai tiga menjadi mahasiswa IPB tanpa harus melalui testing. Sudah banyak para lulusan LPIR ini yang saat ini berkecimpung di dunia penelitian, baik di dalam ataupun luar negeri.
    Pada awal dekade 90, Pak Andi mulai membina siswa-siswi SMA untuk olimpiade matematika. Pada tahun-tahun pertama peserta dari Indonesia hanya puas di juara harapan atau urutan ke empat. Lama kelamaan, tim Indonesia bisa memperoleh perunggu. Pada akhir tahun 2001 Pak Andi sempat merasa bahagia karena tim kita sudah tembus ke urutan kedua dan memperoleh perak. Dan saat ini, rintisan Pak Andi di olimpiade matematika itu sudah sering memperoleh emas.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Pada tahun 1997, pada saat peringatan ulang tahun Pak Andi yang ke 65, Beliau membagikan kaos T-shirt warna putih. Di dada kaos itu ada tulisan: Carilah Kebenaran, Bukan Ketenaran. Maka Bertemulah Keduanya. Luar biasa.
    Semoga ide-ide Almarhum Prof. Dr. Andi Hakim Nasoetion terus menginspirasi generasi muda. Amin.
    Bogor, 30 Maret 2015
    Ditulis untuk mengenang Pak Andi di hari kelahirannya.
    Asep Saefuddin

    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad