PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 4 (senin) DOSEN Dr. Ir. Budi Kuncahyo >> PEMODELAN PERUBAHAN LUAS AREAL EFEKTIF DENGAN BIOMASSA YANG HILANG DI HPH SARI BUMI KUSUMA
Tugas M.K Biometrika
Hutan Hari/jam
:Senin/08.00-09.40
PEMODELAN
PERUBAHAN
LUAS AREAL
EFEKTIF
DENGAN
BIOMASSA
YANG HILANG DI HPH SARI BUMI KUSUMA
Oleh
Kelompok 4
1. Saeful Nur H. E14110062
2.
Nurul Ikhsan J. E14110068
3. Meirliena Rose A. E14110099
4. Risma Prameswari E14110076
5. Junianus Agimbau E14110118
Dibimbing
Oleh
Dr.Ir.
Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PENDAHULUAN (file asli unduh disini)
Latar
Belakang
Perubahan iklim (climate change) telah
lama menjadi isu yang diperbincangkan di dunia.Dampak dari perubahan iklim
semakin terasa dengan terjadinya peningkatan suhu bumi.Hal ini menimbulkan
kekhawatiran banyak pihak karena dapat mengancam keselamatan lingkungan yang
sekaligus menjadi ancaman bagi kesejahteraan manusia. Peningkatan suhu bumi
secara global dipicu oleh meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfir, yaitu
Carbon Dioxide (CO2), Methane (CH4), Nitrous Oxide (N2O), Hydrofluorocarbons
(HFC), Perfluorocarbons (PFC), Sulphur Hexafluoride (SF6), Nitrogen Trifluoride
(NF3), Trifluoromethyl Sulphur Pentafluoride (SP5CF3), dan lain-lain yang
dihasilkan dari proses alami dan
berbagai
aktivitas manusia (IPCC 2006).
Gas CO2 merupakan salah satu GRK paling
utama dengan konsentrasisekitar 35%..Pertukaran karbon dari atmosfir ke daratan
sebagian besar terjadi di hutan. Oleh karena itu, keberadaan hutan akansangat
mempengaruhi konsentrasi GRK di atmosfir. Saat ini, konversi hutan
(deforestasi) dan degradasi hutan semakin sering terjadi sehingga konsentrasi
GRK mengalami peningkatan.Sektor kehutanan dapat dianggap sebagai salah satu
sektor yang berkontribusi terhadap emisi GRK.Sektor ini termasuk ke dalam
sektor LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry).Kontribusi emisi karbon
dari sektor LULUCF di Indonesia sendiri sangat besar, yaitu sebesar 48% (KLH
2009).
Deforestasi terkait dengan perubahan tata
guna lahan di suatuwilayah.Perubahan tata guna lahan ini dapat meningkatkan
emisi karbon, yaitu melalui pelepasan simpanan karbon hutan.Penurunan simpanan
karbon hutan dan peningkatan GRK cukup mengkhawatirkan sehingga upaya mitigasi
untuk mengatasi perubahan iklim perlu dilakukan. Upaya mitigasi perubahan iklim
dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah serapan CO2 melalui kegiatan
penanaman dan menekan pelepasan (emisi) CO2 ke atmosfir serendah mungkin dengan
cara mempertahankan hutan yang ada. Hutan sendiri memiliki kemampuan untuk
mereduksi CO2 melalui mekanisme penyerapan karbon atau sekuestrasi. Karbon yang
diserap akan tersimpan dalam bentuk biomassa (Rahayu et al. 2006).
Perubahan tata guna lahan dan aktivitas
mitigasi perubahan iklim dapat mempengaruhi simpanan karbon di suatu
wilayah.Dinamika simpanan karbon iniperlu dihitung untuk mengetahui banyaknya
karbon di atmosfir yang diserap olehhutan.
Tujuan
Tujuan dilakukan pembuatan model perubahan
luas areal efektif dengan biomassa yang hilang adalah untuk mengetahui gambaran
perubahan luas areal efektif di IUPHHK-HA Sari Bumi Kusuma, untuk menghitung
besarnya biomassa yang hilang ketika dilakukan kegiatan pembalakan, dan dari
informasi tersebut dilakukan upaya
peningkatan serapan karbon
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
METODOLOGI (file asli unduh disini)
Lokasi dan Waktu
Simulasi pembuatan model dilakukan di areal
IUPHHK-HA Sari Bumi Kusuma pada bulan November – Desember2014.Data yang digunakan
adalah data sekunder berdasarkan ringkasan rencana pengelolaan PT. Sari Bumi
Kusuma periode tahun 2011-2020
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan model
adalah data luas total kawasan IUPHHK-HA Sari Bumi Kusuma, data luas areal
lindung (kawasan konservasi, kelerengan >40%, dsb), data luas areal tidak
efektif (PUP, pemukiman, sarana prasarana, dsb), data data jumlah pohon dan
volume per ha, data luas areal yang akan dilakukan penebangan pada tahun 2014,
dan data luas perambahan hutan oleh masyarakat. Alat yang digunakan yaitu laptop
yang sudah terinstall software STELLA 9.0.2.
Metode Pengumpulan
Data
Data yang digunakan dalam simulasi
pembuatan model antara perubahan luas areal efektif dengan biomassa yang hilang
di IUPHHK-HA adalah berdasarkan data sekunder dari ringkasan rincian
pengelolaan hutan PT. Sari Bumi Kusuma periode 2011-2012.
Metode
Pengembangan Model
Metode pengembangan model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
dengan
pendekatan sistem. Model yang dibangun dari pendekatan sistem ini akan
menjelaskan
perbandingan tata guna lahan dengan tingkat serapan karbon di
lokasi
penelitian. Tahapan pembuatan analisis dan simulasi model adalah sebagai
berikut
(Purnomo 2012):
1.
Identifikasi
isu, tujuan, dan batasan
Identifikasi
isu, tujuan, dan batasan dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan
perlu dilakukan. Tujuan yang spesifik diperlukan untuk memudahkan proses
pembuatan model.
2.
Konseptualisasi
model
Pemodelan dinamik merupakan
pemodelan yang menggambarkan
perubahan yang
terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu (bersifat dinamis).Dalam pemodelan
ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat, memasukkan
data yang telah diolah ke dalam model (sebagai input) dan membuat simulasi.
3.
Spesifikasi
model
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Perumusan
yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam modelkonseptual dilakukan
di fase ini. Jika pada model konseptual hubungan duakomponen dapat digambarkan
dengan anak panah, maka pada fase ini anakpanah tersebut dapat berupa persamaan
numerik dengan satuan-satuan yangjelas.Peubah waktu yang dapat digunakan dalam
model juga harus ditentukan.
4.
Evaluasi
model
Fase
evaluasi model bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuattelah logis
seuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah:
a.
Pengamatan
kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan padadunia nyata
b.
Mengamati perilaku model dengan harapan atau
perkiraan yangdigambarkan pada fase konseptualisasi model
c.
Membandingkan
antara perilaku model dengan data yang didapat darisistem atau dunia
nyata.Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah
melakukanpembandigan dunia nyata dengan model yang dibuat.
5.
Penggunaan
model
Tahapan
penggunaan model bertujuan untuk menjawab pertanyaan yangtelah diidentifikasi
pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkanperencanaan dan simulasi
HASIL DAN
PEMBAHASAN (file asli unduh disini)
Identifikasi Isu,
Tujuan, dan Batasan
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
menurunkan 26% emisi karbon GRK di tahun 2020 dari sektor LULUCF, termasuk
kehutanan (PP No. 61 Tahun 2011). Salah satu upaya sektor kehutanan untuk
menurunkan emisi karbon ini adalah dengan meningkatkan serapan CO2 melalui
penanaman pohon dalam Hutan Kemasyarakatan (HKm), hutan desa, program
Rehabilitasi Hutan dan 5 Lahan (RHL) di Daerah Aliran Sungai (DAS) super
kritis, pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Hutan Tanaman Rakyat
(HTR), HPH Restorasi Ekosistem dan Hutan Rakyat Kemitraan dengan industri
perkayuan.
Tujuan pemodelan adalah membuat model
dinamika perubahan luas areal konsesi terhadap biomassa yang hilang diharapkan
dapat memberi gambaran mengenai besarnya biomassa yang hilang akibat
berkurangnya luasan hutan akibat deforestasi di hutan alam. Batasan dari model
dinamika yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu pada hal-hal yang
menyangkut deforestasi, degradasihutan, dan peningkatan simpanan karbon
(enhancing carbon stock) yang terfokus di areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma,
yaitu:
a.
Deforestasi
berdasarkan tingkat penurunan tutupan kawasan hutan menjadibukan hutan, yaitu
tambang, kebun, dan pemukiman untuk transmigrasi.
b.
Degradasi
hutan berasal dari aktivitas pemanenan kayu di IUPHHK-HA,kebakaran hutan,
pembalakan liar, dan perambahan hutan.
c.
Sumber
data yang digunakan berasal dari ringkasan rincian pengelolaan hutan PT Sari Bumi Kusuma.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Konseptualisasi
Model
Pemodelan sistem dalam penelitian ini
dilakukan dengan menyusun modeldalam beberapa bagian. Model yang disusun
terdiri dari bagian model perubahan tata guna lahan yang dipengaruhi oleh sub model
sub model deforestasi, kemudian modelbiomassa
dalam arel HPH. Model konseptual dalam penelitian ini dideskripsikan melalui
hubungan sebab akibat berikut ini.
Gambar 1. Model konseptual yang digunakan
Gambar 2 menggambarkan besarnya penurunan biomassa
dalam suatu areal HPH yang dipengaruhi oleh
luas efektif areal yang dikelola sebagai akibat adanya deforestasi hutan
dan degradasi hutan sehingga luas areal tersebut menurun.
Spesifikasi
Model
A. Sub Model Perubahan
Luas Areal Efektif HPH
Luas areal konsesi yang
diberikan oleh pemerintah kepada HPH PT.
Sari Bumi Kusuma adalah 147.600 Ha, yang kemudian dikurangi dengan kawasan
lindung yang terdiri tas kawasan dengan lereng > 40%, kawasan buffer zone,
kawasan konservasi, sempadan sungai, dan KPPN yang luas masing-masing
penggunaan dapat dilihat pada Tabel 1. Selain kawasan lindung, areal efektif
dipengaruhi juga oleh kawasan tidak efektif yang terdapat unsur degradasi dan
deforestasi hutan seperti pemukiman liar, perladangan, tegakan benih, PUP,
sarana prasarana, sungai, dan areal okupasi hingga diperoleh bahwa luas efektif
areal tersebut adalah 18.210,8 Ha.
Tabel 1. Data peruntukkan areal konsesi
Gambar 2 . Sub Bagian Model Luas Efektif
B. Sub Model
Biomassa
Simpanan karbon dalam bentuk
biomassa hutan dipengaruhi luas areal efektif pengusahaan hutan, laju
deforestasi setiap tahun, besarnya biomassa setiap kelas umur diameter, dan
jumlah pohon dalam areal tersebut.
Tabel 2. Data jumlah pohon dalam areal HPH
Biomassa
setiap kelas diameter pohon diperoleh menggunakanpersamaan allometrik untuk
menduga biomassa pohon di HPH menggunakan persamaan untuk jenis tegakan
campuran (interval diameter 6-200 cm) dari penelitian Basuki et al. (2009),
yaitu: Ln(Y)= -1.498 + 2.234 Ln (X)
Keterangan: Y= biomassa di atas permukaan tanah (kg/pohon)
X= nilai tengah diameter (cm)
Biomassa
masing-masing kelas diameter diperoleh dengan mengalikan jumlah pohon dalam
kelas diameter tertentu (dari bagian model dinamika tegakan) dengan biomassa
pohon.Biomassa setiap kelas diameter dijumlahkan untuk mendapatkan biomassa
total suatu areal HPH.
Gambar 3 . Sub Bagian Model Biomassa
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Evaluasi
model
Dalam tahap evaluasi model ini, tidakdapat ditemukan penelitian yang serupa, sehingga dapat dikaji lebih lanjut,
untuk mendapat keabsahannya. Jadi evaluasi kali ini hanya menggunakan logika
perhitungan semata, model yang dibuat untuk penanaman dilahan kritis pada
skenario 1 dapat diterima logika, karena dengan melakukan
penanaman di dalam dan di luar kawasan hutan sebesar 23 472 ha/tahun, dalam penanaman diasumsikan akan
ditingkatkan dari tahun 2011,
maka pada tahun 2050 perhitungan tercapai
target pencapaian biomassa yakni sebesar 81,91 ton , sedangkan pada skenario 2 yaitu penanaman lahan hutan bekas kebakaran sampai 2050 pun
tetap belum mencapai target.
Penggunaan
model
Model yang telah dibuat digunakan dalam
membuat skenario yang sejalan dengan mitigasi perubahan iklim.Merujuk pada Perpres
RI No.46/2008, mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk
mencegah terjadinya perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi
atau meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi. Kegiatan mitigasi
perubahan iklim dalam sektor kehutanan digolongkan menjadi tiga, yaitu peningkatan
serapan karbon (penanaman), konservasi karbon hutan (mempertahankan simpanan
karbon yang ada pada hutan dari kehilangan akibat deforestasi, degradasi, dan
akibat lain dari praktek pengelolaan hutan), dan memanfaatkan biomasa sebagai
pengganti bahan bakar fosil secara langsung melalui produksi energi biomassa.
Skenario yang dibangun dalam penelitian ini mengarah ke peningkatan serapan
karbon dan mempertahankan simpanan karbon hutan : yaitu , penanaman di lahan
kritis dan penanaman di lahan bekas kebakaran. Perlu diketahui bahwa penerapan
skenario hanya mempengaruhi beberapa komponen didalamnya yang terkait dengan
skenario yang ingin diterapkan.Misalnya penerapan skenario penanaman di lahan
kritis hanya mempengaruhi laju penanaman, sedangkan aktivitas lainnya masih
berjalan sesuai model yang telah dibangun.
Skenario 1 :
Penanaman di lahan kritis
Lahan bekas perladangan
masyarakat sekitar IUPHHK-HA cukup besar dan perlu perhatian untuk dihijaukan
kembali agar dapat tercapai kondisi seimbang seperti semula. Skenario ini
dibangun untuk melihat tingkat simpanan karbon yang ada apabila aktivitas
penanaman ditingkatkan. Penanaman diasumsikan akan ditingkatkan dari tahun 2011.
Gambar 4 menyajikan hasil simulasi skenario penanaman .
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Gambar 4 Simulasi skenario penanaman
di lahan kritis areal IUPHHK-HA
Gambar diatas memperlihatkan terjadinya peningkatan laju
penanaman yang juga meningkatkan angka simpanan karbon yang cukup besar di areal
konsesi di salah satu perusahaan mulai tahun 2011 . Pada tahun 2050 tercapai
target pencapaian biomassa yakni sebesar 81,91 ton .
Skenario
2 : Penanaman lahan hutan bekas kebakaran
Luas areal bekas
kebakaran hasil simulasi di areal konsesihingga tahun 2011 mencapai 2000 ha dan
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga di akhir simulasi . Skenario
ini dibangun untuk melihat besarnya simpanan karbon apabila laju penanaman sama
dengan laju pertambahan luas areal bekas kebakaran..
Gambar 5 . Hasil simulasi skenario
penanaman di areal bekas kebakaran
Simulasi skenario penanaman areal bekas kebakaran menunjukkan
peningkatan besar biomassa akibat penanaman pada areal bekas kebakaran , namun
belum dapat mencapai target biomassa total yang diinginkan .
Kesimpulan
Kecenderungan HPH PT. Sari Bumi Kusuma
memiliki luas efektif areal tersebut adalah 18.210,8 Ha, dari luas areal konsesi yang diberikan oleh
pemerintah sebesar 147.600 Ha.Simpanan karbon dalam bentuk biomassa hutan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu luas areal
efektif pengusahaan hutan, laju deforestasi setiap tahun, besarnya biomassa
setiap kelas umur diameter, dan jumlah pohon dalam areal tersebut.Biomassa sendiri diperoleh dari persamaan allometrik dengan cara mengklasifikasikan kelas diameter pohon terlebih dahulu.
Permodelan digunakan dalam penanggulangan lahan kritis, dengan memperkirakan
menggunakan permodelan diketahui, tahun keberapa permodelan mencapai tujuannya. Dengan permodelan ini pun didapat simulasi skenario peningkatan biomassa
pada areal bekas kebakaran, namun tetap belum mencapai target pada tahun 2050.
Saran
Dalam melakukan
permodelan dipilih tema yang sudah memiliki banyak literatur sebelumnya, sehingga dalam melakukan evaluasi, mudah membandingkan dengan
penelitian yang serupa, sehingga dapat diketahui, pemodelan tersebut sesuai
dengan kondisi sebenarnya/ tidak.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
DAFTAR PUSTAKA (file asli unduh disini)
[IPCC]
International Panel on Climate Change. 2006. Guidelines for National Greenhouse
Gas Inventory: Volume 4: Agriculture, Forestry and Other Land Use.
[KLH]
Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Indonesia
: second national communication under the united nation framework convention on
climate change. Jakarta : KLH draft
Purnomo
H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Bogor (ID): IPB Pr.
Rahayu
S, Lusiana B, Noordwijk M. 2006. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan
Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Timur. Bogor (ID): World Agroforestry Center ICRAF
LAMPIRAN
Lampiran 1 Model kuantitatif dinamika simpanan karbon di areal
IUPHHK-HA Sari Bumi Kusuma
(file asli unduh disini)
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.