Praktikum 4 PENILAIAN HUTAN >>> Analisis Manfaat dan Biaya Makalah Lengkap
MAKALAH PENILAIAN HUTAN (MNH 443)
ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA
Oleh :
Kelompok 9
1. Elsa
Puji Haryati E14110066
2. Okta
Chandra Aulia E14110077
3. Muhammad
Fathan Akbar E14110080
4. Nopi
Ardi E14110094
5. Yudha
BJ Nugroho E14110116
Dosen :
Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat telah memanfaatkan
sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan hutan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan serta papan untuk tempat tinggal.
Selain itu masyarakat juga memanfaatkan hasil hasil hutan non kayu seperti air,
rotan, keindahan alam, dan lain lain.
Pertambahan penduduk di Indonesia
mengakibatkan peningkatan terhadap penggunaan sumber daya alam yang ada untuk
memenuhi kebutuhan, terutama dalam hal penggunaan lahan. Hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya luas lahan berhutan. Tekanan terhadap hutan yang
sangat tinggi itu disebabkan oleh penebangan hutan yang luas untuk dijual
kayunya. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika masyarakat dapat mengelola
lahannya secara optimal. Pengoptimalan itu didapat dari berbagai macam bantuan
- bantuan yang diberikan. Salah satunya yaitu dengan melakukan investasi dalam
pengelolaan hutan menggunakan metode Discounted Cash Flow ( DCF).
Discounted Cash Flow atau biasa
disingkat DCF adalah salah satu metode untuk menghitung prospek pertumbuhan
suatu instrumen investasi dalam beberapa waktu ke depan. Konsep DCF ini
didasarkan pada pemikiran bahwa jika anda menginvestasikan sejumlah dana, maka
dana tersebut akan tumbuh sebesar sekian persen atau mungkin sekian kali lipat
setelah beberapa waktu tertentu. Disebut ‘discounted cash flow’ atau ‘arus kas
yang terdiskon’, karena cara menghitungnya adalah dengan meng-estimasi arus
dana dimasa mendatang untuk kemudian di-cut dan menghasilkan nilai dana
tersebut pada masa kini. Aplikasi analisis DCF yang paling sering digunakan
adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present Value) dan
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari arus kas. Sama
halnya dengan investasi di bidang kehutanan, berupa penanaman bibit-bibit pohon
di masa sekarang, sehingga dapat dipanen di masa yang akan datang. Sehingga
dapat memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan masyarakat walaupun terjadi
pertambahan jumlah penduduk.
Tujuan
Mengetahui analisis finansial
menggunakan metode NPV, IRR dan BCR
TINJAUAN PUSTAKA
Cost Benefit Analysis atau
analisis biaya manfaat adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang
memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan
cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk
uang (Dunn, 2003).
Biaya
(Cost)
Menurut Kadariah (1999), biaya
dalam proyek digolongkan menjadi empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya
Investasi, Biaya Operasional, dan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.
1)Biaya Persiapan
Biaya persiapan adalah biaya yang
dikeluarkan sebelum proyek yang bersangkutan benar-benar dilaksanakan, misalnya
biaya studi kelayakan pada lahan yang akan digunakan untuk proyek termasuk di
dalamnya studi kelayakan pada daerah dan masyarakat sekitarnya dan biaya untuk
mempersiapakan lahan yang akan digunakan.
2)Biaya Investasi atau Modal
Biaya investasi biasanya didapat
dari pinjaman suatu badan atau lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau
luar negeri. Yang termasuk biaya investasi adalah biaya tanah, biaya
pembangunan termasuk instalasi, biaya perabotan, biaya peralatan (modal kerja).
3)Biaya Operasional
Biaya operasional masih dapat
dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan, biaya listrik, air dan
telekomunikasi, biaya habis pakai, biaya kebersihan, dan sebagainya.
4)Biaya Pembaharuan atau
Penggantian
Pada awal umur proyek biaya ini
belum muncul tetapi setelah memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan
mulai terjadi kerusakan- kerusakan yang memerlukan perbaikan. Tentu saja
terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut waktunya tidak menentu, sehingga jenis
biaya ini sering dijadikan satu dengan biaya operasional. Selain itu, masih ada
lagi biaya yang mencerminkan true values tetapi sulit dihitung dengan uang,
seperti pencemaran udara, air, suara, rusaknya/tidak produktifnya lagi lahan,
dan sebagainya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Manfaat
(Benefit)
Manfaat yang akan terjadi pada
suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga yaitu manfaat langsung, manfaat tidak
langsung dan manfaat terkait (Kadariah, 1999).
1)Manfaat Langsung
Manfaat langsung dapat berupa
peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan
alat-alat produksi yang lebih canggih, keterampilan yang lebih baik dan
sebagainya.
2)Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung adalah
manfaat yang muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya proyek. Manfaat
ini dapat berupa meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek.
(sulit diukur)
3)Manfaat Terkait
Manfaat terkait yaitu
keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan dengan sejumlah uang, namun
benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian
ini untuk penghitungan hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya
terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi
PEMBAHASAN
Analisis DCF (Discounted Cash Flow) menilai harga
suatu proyek dengan memperhitungkan waktu kejadian dan besarnya cash flow.
Istilah cash flow di sini diartikan sebagai arus pembayaran tunai kepada atau
oleh suatu usaha. Biaya dipandang sebagai cash flow negatif, sedangkan
penerimaan dipandang sebagai cash flow positif. Adapun menurut (Gittinger
1986), teori DCF tersebut memiliki beberapa bentuk penyajian yang digunakan
yaitu terdiri dari NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio) dan IRR
(Internal Rate of return). Ketiga bentuk penyajian tersebut pun dapat digunakan
sebagai metode dalam studi kelayakan suatu proyek.
NPV (Net Present Value)
merupakan suatu mode untuk membandingkan biaya dan pendapatan dengan
mendiskontokan masing-masing kembali ke waktu sekarang, sehingga dengan demikian
pendapatan dapat dibandingkan langsung dengan biaya pada saat yang sama. Dalam
hal ini suatu proyek dapat dikatakan layak apabila NPV bernilai positif
(NPV≥0). Menurut (Kadariah 1999), jika NPV=0 berarti proyek yang bersangkutan
mengembalikan persis sebesar Social
Opportunity Cost of Capital (suku bunga). Dan jika NPV<0 ada="" agar="" apabila="" artinya="" atau="" bcr="" bersangkutan="" biaya.="" cara="" cost="" dan="" dapat="" dengan="" dibatalkan="" dikatakan="" diperlukan="" diperoleh="" disarankan="" diskonto="" ditolak="" enefit="" hasil="" jumlah="" karena="" lain="" layak="" lebih="" maka="" membagi="" memiliki="" menguntungkan="" o:p="" pendapatan="" penggunaan="" proyek.="" proyek="" ratio="" suatu="" sumber-sumber="" tidak="" untuk="" yang="">
Sedangkan IRR (Internal Rate
of Return) merupakan suku bunga diskonto yang menyebabkan jumlah hasil diskonto
pendapatan sama dengan jumlah hasil diskonto biaya, atau suku bunga yang
membuat NPV sebesar nol. Menurut (Kadariah 1999), IRR dapat juga dianggap
sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asalkan
setiap benefit bersih yang diwujudkan bersifat positif, maka secara otomatis
ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i
yang sama artinya dengan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dan suatu proyek
dikatakan layak apabila memiliki IRR>i (IRR>suku bunga).
Terkait dengan hal tersebut
di atas maka agar lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada contoh kasus berikut.
Contoh kasus ini diambil dari skripsi berjudul “Analisis Finansial Pengusahaan
Hutan Rakyat Swadaya Di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten
Kampar, Riau” yang disusun oleh Yetty Intan Rovli, Jurusan Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, tahun 1997. Skripsi tersebut
dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan pengusahaan hutan
rakyat swadaya di desa Rambah Tengah Hilir (RTH).
Adapun biaya pengusahaan
hutan rakyat swadaya di desa RTH tersebut dihitung untuk pola pemanfaatan lahan
dengan lama pengusahaan didasarkan pada pertimbangan daur ekonomis tanaman sengon
yaitu 8 tahun. Seluruh biaya didasarkan pada prestasi kerja (HOK) di lokasi
penelitian untuk setiap jenis kegiatan yang dilakukan. Upah tenaga kerja
didasarkan pada upah tenaga kerja harian yang berlaku pada tahun 1996 yaitu Rp
4.000,-/hari untuk pria dan Rp 3.500,-/hari untuk wanita, dengan jam kerja
kurang lebih 6-7 jam per hari.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Struktur pembiayaan untuk pola pemanfaatan
lahan yaitu:
1. Biaya
Tanaman Sengon
·
Biaya persiapan lapangan per hektar
adalah sebesar Rp 286.000,- yang terdiri atas biaya rintis, pemancangan batas
dan pembuatan jalan sebesar Rp 32.000; pembersihan lahan sebesar Rp 128.000,-
dan pembelian round-up sebesar Rp 126.000,-.
·
Biaya penanaman per hektar adalah
sebesar Rp 200.100,- yang terdiri atas biaya pemasangan ajir (tidak termasuk
untuk penyulaman sebesar Rp 41.100; penanaman dan pemupukan dasar sebesar Rp
56.000,- serta pembelian bibit (termasuk penyulaman) sebesar Rp 90.500,- dan
pupuk urea sebesar Rp 12.500,-.
·
Biaya pemeliharaan pada tahun pertama
adalah sebesar Rp 53.000,- yang diperuntukkan bagi penyulaman serta pembuangan
cabang dan tunas. Pada tahun ke-2 biaya pemeliharaan hanya berupa penyiangan
sebesar Rp 143.000,- sedangkan pada tahun ke-3 sampai ke-5, biaya penyiangan
sebesar Rp 129.000,-/tahun dan pada tahun ke 6 sampai ke-8 karena tanaman
sengon telah mulai besar maka biaya penyiangan diperkirakan hanya sebear Rp
64.000,-/tahun.
2. Biaya
Tanaman Tumpangsari
Biaya
pengusahaan padi gogo adalah sebesar Rp 341.250,-, kacang hijau sebesar Rp
237.000,- dan kencur sebesar Rp 96.000,-.
Dari hasil perhitungan
diperoleh hasil analisis finansial pengusahaan hutan rakyat per hektar di Desa
RTH pada tingkat suku bunga yang berlaku (12%), yaitu:
No.
|
Komponen
|
Pola
pemanfaatan hutan monokultur sengon
|
1.
|
Net
Present Value (NPV)
|
Rp
780.120,-
|
2.
|
Benefit
Cost Ratio (BCR)
|
1,51
|
3.
|
Internal
Rate Return (IRR)
|
24,48%
|
Berdasarkan
tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengusahaan hutan rakyat di Desa RTH adalah
layak untuk diusahakan (dapat memberikan keuntungan) sampai pada tingkat suku
bunga 12%, karena telah memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditetapkan yaitu
NPV≥0, BCR≥1 dan IRR>i. Daur sengon (8 tahun) yang tergolong singkat sangat
bepengaruh terhadap laju pengembalian modal sehingga nilai IRR-nya relatif
tinggi.
Setelah analisis DCF, untuk
mengetahui pengaruh perubahan biaya dalam mempengaruhi variabel lainnya,maka
digunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang
dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi
terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan.
Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari
perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh:
- Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi
tingkat kelayakan
Alasan dilakukannya analisis sensitivitas
adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
1. Adanya cost
overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya
bahan-baku, produksi, dsb.
2. Penurunan
produktivitas
3.
Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
Setelah melakukan analisis dapat diketahui
seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat
mana proyek masih layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan
menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan payback period pada beberapa skenario
perubahan yang mungkin terjadi.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
diambil adalah untuk menilai kelayakan suatu usaha, sebaiknya dilakukan
analisis Discounted Cash Flow, yaitu dengan memperhatikan nilai NPV, BCR dan
IRR nya. Setelah itu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui
pengaruh perubahan biaya dalam mempengaruhi variabel lainnya seperti Coast over run, penurunan produktivitas, dan mundurnya
jadwal pelaksanaan proyek.
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis
Kebijakan Publik (terjemahan). Yogyakarta : UGM Press
Kadariyah, dkk. 1999.
Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : LP FE UI
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
LAMPIRAN
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah Pengeluaran (Rp)
|
|
I.
|
Pekerjaan
|
||||
1.
Persiapan Lapang
|
|||||
a. Rintis dan pemancangan batas
|
8 HOK
|
Rp
4.000
|
Rp
32.000
|
||
b. Pembersihan lahan, t.a.
|
|||||
- penebasan
|
15 HOK
|
Rp
4.000
|
Rp
60.000
|
||
- penyemprotan round-up
|
7 liter
|
Rp
4.000
|
Rp
28.000
|
||
- pembakaran, pembongkaran tunggul
dan pembersihan lahan
|
10 HOK
|
Rp
4.000
|
Rp
40.000
|
||
2.
Penanaman
|
|||||
a. Pemasangan ajir
|
822 batang
|
Rp
50
|
Rp
41.100
|
||
b. Pengangkutan bibit, pembuatan lubang
tanam, penanaman dan pemeliharaan
|
14 HOK
|
Rp
4.000
|
Rp
56.000
|
||
3.
Pemeliharaan
|
|||||
a. Pemnyulaman
|
8 HOK
|
Rp
4.000
|
Rp
32.000
|
||
b. Pembuangan cabang dan tunas
|
6 HOK
|
Rp
3.500
|
Rp
21.000
|
||
II.
|
Bahan-bahan
|
||||
1. Bibit
sengon
|
905 batang
|
Rp
100
|
Rp
90.500
|
||
2. Pupuk
urea
|
50 kg
|
Rp
250
|
Rp
12.500
|
||
3.
Round-up
|
7 liter
|
Rp
18.000
|
Rp 126.000
|
||
Jumlah
|
Rp 539.100
|
Lampiran 1. Rincian
biaya pengusahaan hutan monokultur sengon
Lampiran 2. Rincian hasil dan biaya
tumpangsari padi ( Oryza sativa) pada
lahan sengon
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan (Rp)
|
jumlah (Rp)
|
1
|
Hasil
panen
|
768 kg
|
500
|
384000
|
2
|
Pengeluaran
|
|||
2.1.
Pekerjaan
|
||||
-penunggalan, penanaman, dan pemupukan
|
13 HOK
|
4000
|
52000
|
|
-penyiangan I
|
20 HOK
|
3500
|
70000
|
|
-penyiangan II
|
13 HOK
|
3500
|
45500
|
|
-panen dan angkut hasil
|
25 HOK
|
4000
|
100000
|
|
2.2.
Bahan-bahan
|
||||
-benih
|
3,5 kg
|
7500
|
26250
|
|
-pupuk urea
|
50 kg
|
250
|
12500
|
|
-pupuk TSP
|
50 kg
|
700
|
35000
|
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan (Rp)
|
jumlah (Rp)
|
1
|
Hasil
panen
|
185 kg
|
900
|
166500
|
2
|
Pengeluaran
|
|||
2.1.
Pekerjaan
|
||||
-penunggalan, penanaman, dan pemupukan
|
10 HOK
|
4000
|
40000
|
|
-penyiangan I
|
10 HOK
|
4000
|
40000
|
|
-penyiangan II
|
14 HOK
|
3500
|
49000
|
|
-panen dan angkut hasil
|
15 HOK
|
4000
|
60000
|
|
2.2.
Bahan bahan
|
||||
-benih
|
6 kg
|
1000
|
6000
|
|
-pupuk urea
|
50 kg
|
700
|
35000
|
|
-thiodan
|
0,5 liter
|
14000
|
7000
|
Lampiran
3. Rincian hasil dan biaya tumpangsari kacang hijau (Phaseolus radiatus) pada lahan sengon
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
1
|
Hasil
|
302 kg
|
700
|
211400
|
2
|
Pengeluaran
|
|||
2.1. Pekerjaan
|
||||
-penanaman
|
4 HOK
|
4000
|
16000
|
|
-panen dan angkut hasil
|
8 HOK
|
4000
|
32000
|
|
2.2. Bahan-bahan
|
||||
-benih
|
32 kg
|
1500
|
48000
|
Lampiran 4. Rincian hasil dan biaya
tumpangsari kencur (Kaempferia
galanga L) pada lahan sengon
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Lampiran 5. Perkiraan Penerimaan dan
Pengeluaran Hutan Rakyat Monokultur Sengon per ha/th
Komponen
|
Tahun ke-
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
A.
|
Pendapatan
(Rp/ha)
|
||||||||
- Sengon
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rp 4.183.000
|
|
- Tanaman Tumpangsari
|
Rp
505.500
|
Rp
211.400
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah A:
|
Rp
505.500
|
Rp
211.400
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rp 4.183.000
|
|
B.
|
Pengeluaran
|
||||||||
1. Sengon
|
|||||||||
- Pembuatan Tanaman
|
Rp
486.100
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
- Pemeliharaan
|
Rp
53.000
|
Rp
143.000
|
Rp
129.000
|
Rp
129.000
|
Rp
129.000
|
Rp
64.500
|
Rp
64.500
|
Rp
64.500
|
|
2.
Tanaman Tumpangsari
|
|||||||||
- Pembuatan Tanaman
|
Rp
317.750
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
- Pemeliharaan
|
Rp
164.500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
- Panen dan Angkut Hasil
|
Rp
160.000
|
Rp
32.000
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah B:
|
Rp1.181.350
|
Rp
175.000
|
Rp
129.000
|
Rp
129.000
|
Rp
129.000
|
Rp
64.500
|
Rp
64.500
|
Rp
64.500
|
Thn ke-
|
Penerimaan
|
Pengeluaran
|
Faktor Diskonto
|
Penerimaan yang didiskonto
|
Pengeluaran yang didiskonto
|
||||||
12%
|
24%
|
25%
|
12%
|
24%
|
25%
|
12%
|
24%
|
25%
|
|||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)=1)*(3)
|
(7)=(1)*(4)
|
(8)=(1)*(5)
|
(9)=(2)*(3)
|
(10)=(2)*(4)
|
(11)=(2)*(5)
|
|
1
|
Rp
505.500
|
Rp
1.181.350
|
0,8929
|
0,8065
|
0,8000
|
Rp
451.339
|
Rp
407.661
|
Rp
404.400
|
Rp
1.054.777
|
Rp
952.702
|
Rp
945.080
|
2
|
Rp
211.400
|
Rp
175.000
|
0,7972
|
0,6504
|
0,6400
|
Rp
168.527
|
Rp
137.487
|
Rp
135.296
|
Rp
139.509
|
Rp
113.814
|
Rp
112.000
|
3
|
Rp -
|
Rp
129.000
|
0,7118
|
0,5245
|
0,5120
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp
91.820
|
Rp
67.659
|
Rp
66.048
|
4
|
Rp -
|
Rp
129.000
|
0,6355
|
0,4230
|
0,4096
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp
81.982
|
Rp
54.564
|
Rp
52.838
|
5
|
Rp -
|
Rp
129.000
|
0,5674
|
0,3411
|
0,3277
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp
73.198
|
Rp
44.003
|
Rp
42.271
|
6
|
Rp -
|
Rp
64.500
|
0,5066
|
0,2751
|
0,2621
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp
32.678
|
Rp
17.743
|
Rp
16.908
|
7
|
Rp -
|
Rp
64.500
|
0,4523
|
0,2218
|
0,2097
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp -
|
Rp
29.177
|
Rp
14.309
|
Rp
13.527
|
8
|
Rp 4.183.000
|
Rp
64.500
|
0,4039
|
0,1789
|
0,1678
|
Rp 1.689.444
|
Rp
748.367
|
Rp
701.791
|
Rp
26.050
|
Rp
11.539
|
Rp
10.821
|
Jmlh
|
Rp 4.899.900
|
Rp
1.936.850
|
Rp 2.309.310
|
Rp1.293.515
|
Rp 1.241.487
|
Rp
1.529.190
|
Rp 1.276.332
|
Rp1.259.493
|
Lampiran 6. Perhitungan Finansial Hutan Rakyat
Monokultur Sengon per hektar
NPV (12%) = Rp 2.309.310 – Rp 1.529.190 = Rp
780.120 BCR (12%) = Rp
2.309.310 ÷ Rp 1.529.190 = 1,51
NPV (24%) = Rp 1.293.515 – Rp 1.276.332 = Rp
17.183 BCR (24%) = Rp
1.293.515 ÷ Rp 1.276.332 = 1,01
NPV (25%) = Rp 1.241.487 – Rp 1.259.493 = - Rp
18.006
IRR = (0,24+ ((Rp 17.183 ÷ (Rp 17.183 + Rp
18.006)) 0,01)) = 24,48 %
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.