Praktikum 4 PENILAIAN HUTAN >>> Analisis Manfaat dan Biaya Makalah Lengkap - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    Praktikum 4 PENILAIAN HUTAN >>> Analisis Manfaat dan Biaya Makalah Lengkap

    MAKALAH PENILAIAN HUTAN (MNH 443)
    ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA


    Oleh :
    Kelompok 9
    1.      Elsa Puji Haryati                     E14110066
    2.      Okta Chandra Aulia                E14110077
    3.      Muhammad Fathan Akbar      E14110080
    4.      Nopi Ardi                                E14110094
    5.      Yudha BJ Nugroho                 E14110116



    Dosen :
    Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc




    DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
    FAKULTAS KEHUTANAN
    INSTITUT PERTANIAN BOGOR
    2014

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    PENDAHULUAN
    Latar Belakang
                Masyarakat telah memanfaatkan sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan hutan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan serta papan untuk tempat tinggal. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan hasil hasil hutan non kayu seperti air, rotan, keindahan alam, dan lain lain.
                Pertambahan penduduk di Indonesia mengakibatkan peningkatan terhadap penggunaan sumber daya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan, terutama dalam hal penggunaan lahan. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya luas lahan berhutan. Tekanan terhadap hutan yang sangat tinggi itu disebabkan oleh penebangan hutan yang luas untuk dijual kayunya. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika masyarakat dapat mengelola lahannya secara optimal. Pengoptimalan itu didapat dari berbagai macam bantuan - bantuan yang diberikan. Salah satunya yaitu dengan melakukan investasi dalam pengelolaan hutan menggunakan metode Discounted Cash Flow ( DCF).
                Discounted Cash Flow atau biasa disingkat DCF adalah salah satu metode untuk menghitung prospek pertumbuhan suatu instrumen investasi dalam beberapa waktu ke depan. Konsep DCF ini didasarkan pada pemikiran bahwa jika anda menginvestasikan sejumlah dana, maka dana tersebut akan tumbuh sebesar sekian persen atau mungkin sekian kali lipat setelah beberapa waktu tertentu. Disebut ‘discounted cash flow’ atau ‘arus kas yang terdiskon’, karena cara menghitungnya adalah dengan meng-estimasi arus dana dimasa mendatang untuk kemudian di-cut dan menghasilkan nilai dana tersebut pada masa kini. Aplikasi analisis DCF yang paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari arus kas. Sama halnya dengan investasi di bidang kehutanan, berupa penanaman bibit-bibit pohon di masa sekarang, sehingga dapat dipanen di masa yang akan datang. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan masyarakat walaupun terjadi pertambahan jumlah penduduk.

    Tujuan
                Mengetahui analisis finansial menggunakan metode NPV, IRR dan BCR



    TINJAUAN PUSTAKA
    Cost Benefit Analysis atau analisis biaya manfaat adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003).
    Biaya (Cost)
    Menurut Kadariah (1999), biaya dalam proyek digolongkan menjadi empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya Investasi, Biaya Operasional, dan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.
    1)Biaya Persiapan
    Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek yang bersangkutan benar-benar dilaksanakan, misalnya biaya studi kelayakan pada lahan yang akan digunakan untuk proyek termasuk di dalamnya studi kelayakan pada daerah dan masyarakat sekitarnya dan biaya untuk mempersiapakan lahan yang akan digunakan.
    2)Biaya Investasi atau Modal
    Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Yang termasuk biaya investasi adalah biaya tanah, biaya pembangunan termasuk instalasi, biaya perabotan, biaya peralatan (modal kerja).
    3)Biaya Operasional
    Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan, biaya listrik, air dan telekomunikasi, biaya habis pakai, biaya kebersihan, dan sebagainya.
    4)Biaya Pembaharuan atau Penggantian
    Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi kerusakan- kerusakan yang memerlukan perbaikan. Tentu saja terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut waktunya tidak menentu, sehingga jenis biaya ini sering dijadikan satu dengan biaya operasional. Selain itu, masih ada lagi biaya yang mencerminkan true values tetapi sulit dihitung dengan uang, seperti pencemaran udara, air, suara, rusaknya/tidak produktifnya lagi lahan, dan sebagainya.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Manfaat (Benefit)
    Manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat terkait (Kadariah, 1999).
    1)Manfaat Langsung
    Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan alat-alat produksi yang lebih canggih, keterampilan yang lebih baik dan sebagainya.
    2)Manfaat Tidak Langsung
    Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya proyek. Manfaat ini dapat berupa meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek. (sulit diukur)
    3)Manfaat Terkait
    Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan dengan sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi

    PEMBAHASAN
    Analisis DCF (Discounted Cash Flow) menilai harga suatu proyek dengan memperhitungkan waktu kejadian dan besarnya cash flow. Istilah cash flow di sini diartikan sebagai arus pembayaran tunai kepada atau oleh suatu usaha. Biaya dipandang sebagai cash flow negatif, sedangkan penerimaan dipandang sebagai cash flow positif. Adapun menurut (Gittinger 1986), teori DCF tersebut memiliki beberapa bentuk penyajian yang digunakan yaitu terdiri dari NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio) dan IRR (Internal Rate of return). Ketiga bentuk penyajian tersebut pun dapat digunakan sebagai metode dalam studi kelayakan suatu proyek. 
    NPV (Net Present Value) merupakan suatu mode untuk membandingkan biaya dan pendapatan dengan mendiskontokan masing-masing kembali ke waktu sekarang, sehingga dengan demikian pendapatan dapat dibandingkan langsung dengan biaya pada saat yang sama. Dalam hal ini suatu proyek dapat dikatakan layak apabila NPV bernilai positif (NPV≥0). Menurut (Kadariah 1999), jika NPV=0 berarti proyek yang bersangkutan mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital (suku bunga). Dan jika NPV<0 ada="" agar="" apabila="" artinya="" atau="" bcr="" bersangkutan="" biaya.="" cara="" cost="" dan="" dapat="" dengan="" dibatalkan="" dikatakan="" diperlukan="" diperoleh="" disarankan="" diskonto="" ditolak="" enefit="" hasil="" jumlah="" karena="" lain="" layak="" lebih="" maka="" membagi="" memiliki="" menguntungkan="" o:p="" pendapatan="" penggunaan="" proyek.="" proyek="" ratio="" suatu="" sumber-sumber="" tidak="" untuk="" yang="">
    Sedangkan IRR (Internal Rate of Return) merupakan suku bunga diskonto yang menyebabkan jumlah hasil diskonto pendapatan sama dengan jumlah hasil diskonto biaya, atau suku bunga yang membuat NPV sebesar nol. Menurut (Kadariah 1999), IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asalkan setiap benefit bersih yang diwujudkan bersifat positif, maka secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama artinya dengan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dan suatu proyek dikatakan layak apabila memiliki IRR>i (IRR>suku bunga).
    Terkait dengan hal tersebut di atas maka agar lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada contoh kasus berikut. Contoh kasus ini diambil dari skripsi berjudul “Analisis Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Swadaya Di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten Kampar, Riau” yang disusun oleh Yetty Intan Rovli, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, tahun 1997. Skripsi tersebut dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan pengusahaan hutan rakyat swadaya di desa Rambah Tengah Hilir (RTH).
    Adapun biaya pengusahaan hutan rakyat swadaya di desa RTH tersebut dihitung untuk pola pemanfaatan lahan dengan lama pengusahaan didasarkan pada pertimbangan daur ekonomis tanaman sengon yaitu 8 tahun. Seluruh biaya didasarkan pada prestasi kerja (HOK) di lokasi penelitian untuk setiap jenis kegiatan yang dilakukan. Upah tenaga kerja didasarkan pada upah tenaga kerja harian yang berlaku pada tahun 1996 yaitu Rp 4.000,-/hari untuk pria dan Rp 3.500,-/hari untuk wanita, dengan jam kerja kurang lebih 6-7 jam per hari.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    Struktur pembiayaan untuk pola pemanfaatan lahan yaitu:
    1.      Biaya Tanaman Sengon
    ·           Biaya persiapan lapangan per hektar adalah sebesar Rp 286.000,- yang terdiri atas biaya rintis, pemancangan batas dan pembuatan jalan sebesar Rp 32.000; pembersihan lahan sebesar Rp 128.000,- dan pembelian round-up sebesar Rp 126.000,-.
    ·           Biaya penanaman per hektar adalah sebesar Rp 200.100,- yang terdiri atas biaya pemasangan ajir (tidak termasuk untuk penyulaman sebesar Rp 41.100; penanaman dan pemupukan dasar sebesar Rp 56.000,- serta pembelian bibit (termasuk penyulaman) sebesar Rp 90.500,- dan pupuk urea sebesar Rp 12.500,-.
    ·           Biaya pemeliharaan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 53.000,- yang diperuntukkan bagi penyulaman serta pembuangan cabang dan tunas. Pada tahun ke-2 biaya pemeliharaan hanya berupa penyiangan sebesar Rp 143.000,- sedangkan pada tahun ke-3 sampai ke-5, biaya penyiangan sebesar Rp 129.000,-/tahun dan pada tahun ke 6 sampai ke-8 karena tanaman sengon telah mulai besar maka biaya penyiangan diperkirakan hanya sebear Rp 64.000,-/tahun.
    2.      Biaya Tanaman Tumpangsari
     Biaya pengusahaan padi gogo adalah sebesar Rp 341.250,-, kacang hijau sebesar Rp 237.000,- dan kencur sebesar Rp 96.000,-.

    Dari hasil perhitungan diperoleh hasil analisis finansial pengusahaan hutan rakyat per hektar di Desa RTH pada tingkat suku bunga yang berlaku (12%), yaitu:
    No.
    Komponen
    Pola pemanfaatan hutan monokultur sengon
    1.
    Net Present Value (NPV)
    Rp 780.120,-
    2.
    Benefit Cost Ratio (BCR)
    1,51
    3.
    Internal Rate Return (IRR)
    24,48%
               
                Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengusahaan hutan rakyat di Desa RTH adalah layak untuk diusahakan (dapat memberikan keuntungan) sampai pada tingkat suku bunga 12%, karena telah memenuhi kriteria kelayakan yang telah ditetapkan yaitu NPV≥0, BCR≥1 dan IRR>i. Daur sengon (8 tahun) yang tergolong singkat sangat bepengaruh terhadap laju pengembalian modal sehingga nilai IRR-nya relatif tinggi.
                Setelah analisis DCF, untuk mengetahui pengaruh perubahan biaya dalam mempengaruhi variabel lainnya,maka digunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Contoh:
    - Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan
    Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
    1.      Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.
    2.      Penurunan produktivitas
    3.      Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
    Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    KESIMPULAN
    Kesimpulan yang dapat diambil adalah untuk menilai kelayakan suatu usaha, sebaiknya dilakukan analisis Discounted Cash Flow, yaitu dengan memperhatikan nilai NPV, BCR dan IRR nya. Setelah itu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui pengaruh perubahan biaya dalam mempengaruhi variabel lainnya seperti Coast over run, penurunan produktivitas, dan mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.
    DAFTAR PUSTAKA
    Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan). Yogyakarta : UGM Press
    Kadariyah, dkk. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : LP FE UI


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    LAMPIRAN
    No
    Uraian
    Volume
    Harga Satuan (Rp)
    Jumlah Pengeluaran (Rp)
    I.
    Pekerjaan
    1. Persiapan Lapang
         a. Rintis dan pemancangan batas
    8 HOK
     Rp    4.000
     Rp   32.000
         b. Pembersihan lahan, t.a.
             - penebasan
    15 HOK
     Rp    4.000
     Rp   60.000
             - penyemprotan round-up
    7 liter
     Rp    4.000
     Rp   28.000
             - pembakaran, pembongkaran tunggul dan pembersihan lahan
    10 HOK
     Rp    4.000
     Rp   40.000
    2. Penanaman
         a. Pemasangan ajir
    822 batang
     Rp         50
     Rp   41.100
         b. Pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam, penanaman dan pemeliharaan
    14 HOK
     Rp    4.000
     Rp   56.000
    3. Pemeliharaan
         a. Pemnyulaman
    8 HOK
     Rp    4.000
     Rp   32.000
         b. Pembuangan cabang dan tunas
    6 HOK
     Rp    3.500
     Rp   21.000
    II.
    Bahan-bahan
    1. Bibit sengon
    905 batang
     Rp       100
     Rp   90.500
    2. Pupuk urea
    50 kg
     Rp       250
     Rp   12.500
    3. Round-up
    7 liter
     Rp  18.000
     Rp 126.000
    Jumlah
     Rp 539.100
    Lampiran 1. Rincian biaya pengusahaan hutan monokultur sengon

    Lampiran 2. Rincian hasil dan biaya tumpangsari padi ( Oryza sativa) pada lahan sengon
    No
    Uraian
    Volume
    Harga Satuan (Rp)
    jumlah (Rp)
    1
    Hasil panen
    768 kg
    500
    384000
    2
    Pengeluaran

    2.1. Pekerjaan

             -penunggalan, penanaman,  dan pemupukan
    13 HOK
    4000
    52000
             -penyiangan I
    20 HOK
    3500
    70000
             -penyiangan II
    13 HOK
    3500
    45500
             -panen dan angkut hasil
    25 HOK
    4000
    100000
    2.2. Bahan-bahan
            -benih
    3,5 kg
    7500
    26250
            -pupuk urea
    50 kg
    250
    12500
            -pupuk TSP
    50 kg
    700
    35000

    No
    Uraian
    Volume
    Harga Satuan (Rp)
    jumlah (Rp)
    1
    Hasil panen
    185 kg
    900
    166500
    2
    Pengeluaran
    2.1. Pekerjaan
             -penunggalan, penanaman,  dan pemupukan
    10 HOK
    4000
    40000
             -penyiangan I
    10 HOK
    4000
    40000
             -penyiangan II
    14 HOK
    3500
    49000
             -panen dan angkut hasil
    15 HOK
    4000
    60000
    2.2. Bahan bahan
            -benih
    6 kg
    1000
    6000
            -pupuk urea
    50 kg
    700
    35000
            -thiodan
    0,5 liter
    14000
    7000
    Lampiran 3. Rincian hasil dan biaya tumpangsari kacang hijau (Phaseolus radiatus) pada lahan sengon

    No
    Uraian
    Volume
    Harga satuan (Rp)
    Jumlah (Rp)
    1
    Hasil
    302 kg
    700
    211400
    2
    Pengeluaran
    2.1. Pekerjaan
            -penanaman
    4 HOK
    4000
    16000
            -panen dan angkut hasil
    8 HOK
    4000
    32000
    2.2. Bahan-bahan
            -benih
    32 kg
    1500
    48000
    Lampiran 4. Rincian hasil dan biaya tumpangsari kencur (Kaempferia galanga L) pada lahan sengon


         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">



    Lampiran 5. Perkiraan Penerimaan dan Pengeluaran Hutan Rakyat Monokultur Sengon per ha/th
    Komponen
    Tahun ke-
    1
    2
    3
    4
    5
    6
    7
    8
    A.
    Pendapatan (Rp/ha)
     - Sengon
     -
     -
     -
     -
     -
     -
     -
     Rp 4.183.000
     - Tanaman Tumpangsari
     Rp   505.500
     Rp   211.400
     -
     -
     -
     -
     -
     -
    Jumlah A:
     Rp   505.500
     Rp   211.400
     -
     -
     -
     -
     -
     Rp 4.183.000
    B.
    Pengeluaran
    1. Sengon
        - Pembuatan Tanaman
     Rp   486.100
     -
     -
     -
     -
     -
     -
     -
        - Pemeliharaan
     Rp     53.000
     Rp   143.000
     Rp   129.000
     Rp   129.000
     Rp   129.000
     Rp     64.500
     Rp     64.500
     Rp     64.500
    2. Tanaman Tumpangsari
         - Pembuatan Tanaman
     Rp   317.750
     -
     -
     -
     -
     -
     -
     -
         - Pemeliharaan
     Rp   164.500
     -
     -
     -
     -
     -
     -
     -
         - Panen dan Angkut Hasil
     Rp   160.000
     Rp     32.000
     -
     -
     -
     -
     -
     -
    Jumlah B:
     Rp1.181.350
     Rp   175.000
     Rp   129.000
     Rp   129.000
     Rp   129.000
     Rp     64.500
     Rp     64.500
     Rp     64.500





    Thn ke-
    Penerimaan
    Pengeluaran
    Faktor Diskonto
    Penerimaan yang didiskonto
    Pengeluaran yang didiskonto
    12%
    24%
    25%
    12%
    24%
    25%
    12%
    24%
    25%
    (1)
    (2)
    (3)
    (4)
    (5)
    (6)=1)*(3)
    (7)=(1)*(4)
    (8)=(1)*(5)
    (9)=(2)*(3)
    (10)=(2)*(4)
    (11)=(2)*(5)
    1
     Rp    505.500
     Rp  1.181.350
    0,8929
    0,8065
    0,8000
     Rp    451.339
     Rp   407.661
     Rp    404.400
     Rp  1.054.777
     Rp    952.702
     Rp   945.080
    2
     Rp    211.400
     Rp     175.000
    0,7972
    0,6504
    0,6400
     Rp    168.527
     Rp   137.487
     Rp    135.296
     Rp     139.509
     Rp    113.814
     Rp   112.000
    3
     Rp               -
     Rp     129.000
    0,7118
    0,5245
    0,5120
     Rp                -
     Rp               -
     Rp                -
     Rp       91.820
     Rp      67.659
     Rp     66.048
    4
     Rp               -
     Rp     129.000
    0,6355
    0,4230
    0,4096
     Rp                -
     Rp               -
     Rp                -
     Rp       81.982
     Rp      54.564
     Rp     52.838
    5
     Rp               -
     Rp     129.000
    0,5674
    0,3411
    0,3277
     Rp                -
     Rp               -
     Rp                -
     Rp       73.198
     Rp      44.003
     Rp     42.271
    6
     Rp               -
     Rp       64.500
    0,5066
    0,2751
    0,2621
     Rp                -
     Rp               -
     Rp                -
     Rp       32.678
     Rp      17.743
     Rp     16.908
    7
     Rp               -
     Rp       64.500
    0,4523
    0,2218
    0,2097
     Rp                -
     Rp               -
     Rp                -
     Rp       29.177
     Rp      14.309
     Rp     13.527
    8
     Rp 4.183.000
     Rp       64.500
    0,4039
    0,1789
    0,1678
     Rp 1.689.444
     Rp   748.367
     Rp    701.791
     Rp       26.050
     Rp      11.539
     Rp     10.821
    Jmlh
     Rp 4.899.900
     Rp  1.936.850

     Rp 2.309.310
     Rp1.293.515
     Rp 1.241.487
     Rp  1.529.190
     Rp 1.276.332
     Rp1.259.493
    Lampiran 6. Perhitungan Finansial Hutan Rakyat Monokultur Sengon per hektar

    NPV (12%) = Rp 2.309.310 – Rp 1.529.190 = Rp 780.120              BCR (12%) = Rp 2.309.310 ÷ Rp 1.529.190 = 1,51
    NPV (24%) = Rp 1.293.515 – Rp 1.276.332 = Rp 17.183                BCR (24%) = Rp 1.293.515 ÷ Rp 1.276.332 = 1,01
    NPV (25%) = Rp 1.241.487 – Rp 1.259.493 = - Rp 18.006             
    IRR = (0,24+ ((Rp 17.183 ÷ (Rp 17.183 + Rp 18.006)) 0,01)) = 24,48 %



    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad