KEBIJAKAN KEHUTANAN vs TUNTUTAN MASYARAKAT: Administrasi, Manipulasi, Inovasi
By HK#060918, HapKaE/BioTroP-JKT
[7 September 2018]
Intinya masyarakat butuh perbaikan
fakta.
Tidak banjir, tidak kekeringan, ada
kesempatan berusaha, penghasilan bertambah, dll. Dan segala upaya untuk
mewujudkannya diserahkan pada profesi dengan berbagai keahlian, regulasi dan
kewenangannya. Maka, anggaran, administrasi, pedoman, otoritas hanyalah input
atau modal. Bagi masyarakat, yang penting fakta hasilnya, bukan modalnya.
Gambar 1 : Ilustrasi. Petani menyadap lateks (Sumber : https://huma.or.id/wp-content/uploads/2012/03/program-perubahan-iklim.jpg) |
Apabila fakta yg dibutuhkan
masyarakat itu bukan menjadi ukuran
utama, sebaliknya ukuran itu lebih pada ukuran-ukuran administrasi, maka
profesionalisme akan terkikis, karena lingkungan kebijakan menutup inovasi. Hal
itu dibuktikan oleh 8 kenyataan yg disebut di bawah. Tetapi, juga ada kenyataan
bagaimana para kepala daerah terbaik (28 dari 217 daerah, terdiri dari 26
Propinsi, 52 kota, dan 139 kabupaten), yg menjadi kandidat pemenang *Nirwasita
Tantra*/NT _(Green Leadership)_, mampu mendobrak dan berinovasi dari kungkungan
birokrasi itu, yg dikontraskan dengan 8 persoalan reguler sebelumnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
8 Masalah dan Inovasinya
Pertama, menguasai detail lapangan tidak
diperlukan, karena pekerjaan administrasi tidak berkaitan dengan persoalan
lapangan dengan fakta-faktanya. Misalnya, bukti koordinasi bukan sinergi antar
lembaga untuk memperbaiki fakta di lapangan, tetapi daftar absen rapat.
Sementara itu kandidat pemenang NT
menguasai detail lapangan hampir seluruh aspek yg ditangani. Sehingga tahu apa
yg harus dikerjakan, teknisnya bagaimana, dng siapa, tahapnya apa, mengetahui
cara efisiensi dan cara menghadapi hambatan, bahkan ancaman.
Kedua, pendekatan administratif umumnya
menggunakan logika _"masyarakat berubah menjadi lebih baik harus mengikuti
pedoman-pedoman atau peraturan"_. Tidak ada logika lainnya dpt dibenarkan
kecuali sejalan dengan pedoman-pedoman itu. Fakta lapangan harus mengikuti
logika administrasi, tidak bisa tidak. Dan dalam prakteknya fakta lapangan
dapat dimanipulasi, karena diasumsikan mengikuti logika administrasi, padahal
tidak.
Inovasi kandidat pemenang NT umumnya
menggunakan logika-logika _"masyarakat berubah mengikuti sistem insentif
yang dijalankan"_ dan bukan dipaksa, serta _"dukungan masyarakat
hadir ketika fakta-fakta kebutuhannya diperbaiki"_. Argumentasi perbaikan
individual maupun sosial berjalan diseputar logika-logika itu. Bukan logika
administrasi.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Ketiga, apabila mendapat tantangan atau
pengaduan masalah-masalah yang dialami masyarakat, solusinya bersifat
adminsitratif: akan dirapatkan, surat sudah dikirim, verifikasi sdng berjalan,
dll yg serupa itu; dan dengan jawaban itu dianggap sudah menjalankan tugas.
Penyelesaian masalahnya itu sendiri bisa berbulan bahkan bertahun kemudian.
Banyaknya keterlanjuran penggunaan kawasan hutan oleh tambang, kebun, serta
konflik tenurial akibat pendekatan yang berorientasi pada administrasi seperti
itu.
Gambar 2 : Ilustrasi Hutan |
Sedangkan para inovator mampu membalik penolakan menjadi dukungan melalui perbaikan fakta, _trust_, dan mewujudkan demokrasi deliberatif (tahu aspirasi masy sejak tingkat RT, bukan hanya menepati janji pelaksanaan kegiatan, tetapi juga memperingatkan masyarakat yg ingkar janji atas kewajibannya).
Keempat, makna penggunaan ketepatan dan
kecepatan instrumen _online_, tidak untuk maksud kecepatan pelayanan dan
keterbukaan informasi, tetapi sekedar berubah dari manual ke elektronik. Dengan
sistem ini, bahkan pada minggu-minggu terakhir ini, masih dijumpai
perantara-perantara perizinan dengan harga Rp 2 milyar hingga Rp 4 milyar per
izin.
Pada tingkat tertentu (ada yg 100% ada
yg baru 30%), para kandidat pemenang NT menggunakan ketepatan dan kecepatan
instrumen _online_, termasuk hasil kerja, penggunaan sarana kantor, kontrol oleh
publik, konsultasi kesehatan dan persoalan keluarga, yg memotong sampai 90%
penggunaan ATK. Akibatnya tdk pernah ada antrian di tempat2 pelayanan publik.
Syaratnya sadar akuntabilitas dan transparansi bagi publik.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Kelima, karena tidak perlu tahu fakta lapangan
apa yang dihadapi, maka tidak diperlukan pilihan strategi terbaik untuk
menjalankan program. Banyak kegiatan dijalankan, dalam kondisi tidak tahu
persis soal apa yg sedang dihadapi masyarakat di lapangan. Akibatnya,
kegiatan-kegiatan itu tidak memerlukan keahlian. SDM mumpuni secara individual
menjadi tidak berguna.
Sedangkan para inovator kandidat NT
mampu memilih strategi terbaik dari beberapa strategi mencapai tujuan. APBD ada
yg harus dimisalkan sebagai investasi. Strategi terbaik suatu kegiatan yaitu
bila menghasilkan _"economic & social benefit"_ tinggi. Kegiatan
tidak pernah dibuat, sebelum tahu persis soal yg dihadapi masyarakat di
lapangan.
Keenam, bekerja tanpa tahu fakta
lapangan mengakibatkan alokasi SDM lebih banyak menempati kantor-kantor dengan
kerja-kerja administratif; SDM di lapangan sangat terbatas karena informasi
langsung dari masyarakat tidak diperlukan. Hal itu juga disebabkan posisi
lembaga atau jabatan perorangan tidak tergantung pada dukungan masyarakat.
Salah satu ciri pertanggungjawaban administrasi adalah menuju ke atas, sambil
mengabaikan yang di bawah.
Sementara itu di wilayah Pemda terbaik,
OPD punya SDM sedikit di kantor, banyak di tingkat kelurahan dan kecamatan. Dng
tujuan komunikasi Pemda dan masyarakat harus intensif karena disitulah titik
pusat informasi, pelayanan dan perubahan. Dng prinsip, yg berubah dan menjadi
lebih baik adalah rakyatnya, bukan Pemdanya.
Ketujuh, prosedur administrasi akhirnya
sudah menjadi *dogma*. Karena gagal di lapangan tidak menyebabkan gagal secara
administratif. Maka tidak pernah ada kesalahan apapun, walaupun fakta-fakta
lapangan tidak mengalami perbaikan. Hal inilah yg menjadi penyebab rendahnya
penggunaan SDM ahli.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Sedangkan para inovator, misalnya mampu
membalik fenomena umum "jika investasi (ekonomi) naik, lingkungan
rusak". Ada yg dng fokus lingkungan kota (sampai bisa menurunkan suhu
rata2 kota, menghapus lahan2 kumuh, meningkatkan serapan air dan danau buatan),
PAD semula sekitar Rp 600 milyar 2013, kini menjadi Rp 5 trilyun. Pegawai
pelayanan publik sampai harus diganti hari liburnya, krn sabtu minggu
senantiasa dibanjiri wisatawan asing dan domestik.
Kedelapan, pendekatan administratif
tidak sensitif thd adanya kepentingan-kepentingan politik yang dicerminkan oleh
penggunaan bahasa maupun pernyataan-pernyataan yang dapat menambah masalah. Di
lain pihak, tekanan politik dianggap instruksi sebagai keharusan, tanpa tahu
bahwa tekanan seperti itu ada solusinya.
Tantangan terberat para kandidat
pemenang NT juga tekanan politik, baik dari dalam partainya (kasus berpartai)
atau tdk punya kewenangan menyelesaikan masalah di wilayahnya, intervensi
pusat, atau tekanan pemodal super kuat. Kiatnya: _"terbaik bagi daerah dan
rakyat"_ tetap dijalankan walau ada tekanan-tekanan tsb. Keberanian itu
akhirnya menular ke masyarakatnya sehingga mampu ikut menjaga obyektivitas
pengambilan keputusan.
Agenda
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Perbaikan kebijakan tidak cukup hanya
perbaikan teks peraturan. Terbukti peraturan diubah-diganti, tidak banyak
memperbaiki fakta lapangan. Dengan pendekatan institusi bisa dikatakan;
_"membenahi birokrasi-administrasi akan dapat memecahkan separoh
persoalan"_. Birokrasi bukan hanya dituntut direktif, impersonal, tetapi
juga inovatif. Di balik inovasi adalah pemikiran yg faham lapangan dan bebas
seperti air mengalir. Tanpa sekat eselon, usia maupun jabatan.
Sumber : Grup Rimbawan Indonesia
Yudha bj
nugroho
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.