MANAJEMEN HUTAN >> RANGKUMAN UAS Yudha BJ Nugroho - yudhabjnugroho™

Header Ads

  • Breaking News

    MANAJEMEN HUTAN >> RANGKUMAN UAS Yudha BJ Nugroho

    METODE BERDASAR VOLUME DAN RIAP
    1.      Sebenarnya pengaturan hasil hutan cukup dihitung berdasarkan luas dan rotasi yang digunakan, tetapi secara tidak langsung akan melibatkan pula riap tegakan
    2.      Dengan Tabel Tegakan dapat ditaksir volume suatu tegakan pada waktu-waktu tertentu atas dasar keadaan tegakan tersebut pada waktu sekarang
    3.      Untuk mewujudkan azas kelestarian tegakan, maka panen/penebangan = riap, sehingga perlu cara yang tepat untuk menghitung volume riap dalam jangka waktu tertentu dari suatu tegakan yang ada
    4.      Metode Austria
    a.       dekrit kerajaan yang diumumkan Pemerintah Austria tanggal 14 Juli 1788.
    b.      Tujuannya adalah agar hutan dikelola ke arah kelestarian hasil dan membentuk hutan yang mendekati normal.
    c.       Dalam dekrit berisi petunjuk untuk melakukan penilaian terhadap kekayaan yang terkandung di dalam hutan, dalam nilai uang untuk hasil hutan pada tegakan yang masih berdiri
    d.      Ht = Ia + (Va – Vn)/R

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">


    Dimana :
            Ht           = Hasil panen tahunan (m3/ha/thn)
            Ia            = Riap tahunan nyata (m3/ha/thn)
            Va           = Volume tegakan persediaan nyata (AG, actual growing stock, dalam m3/ha)
            Vn           = Volume tegakan persediaan normal (NG, normal growing stock, dalam m3/ha)
            R             = Rotasi atau Daur (thn)
    e.       Dari rumus diatas dapat dilihat, bahwa pengaturan hasil diarahkan agar tegakan mendekati susunan hutan normal. Apabila volume tegakan nyata lebih besar dari volume tegakan normal, maka hasil panen lebih besar dari riap, dengan cara mengurangi growing stock. Sebaliknya, jika volume tegakan nyata lebih kecil dari volume tegakan normal, maka hasil panen lebih kecil dari riap, karena sebagian riap ditinggalkan untuk menambah growing stock.
    f.        Luas hutan produktif yang dikelola 4.000 ha, daur 80 tahun, hasil risalah/inventarisasi diperoleh Va = 320.000 m3 dan Vn = 100 m3/ha, riap tahunan nyata 3 m3/ha/thn.
    Perhitungan hasil tahunannya adalah sbb :
            Vn = 4.000 ha x 100 m3/ha = 400.000 m3
            Ia = 4.000 ha x 3 m3/ha/thn = 12.000 m3/thn
            Ht = 12.000 m3/thn + (320.000 – 400.000) m3/80 thn  = 11.000 m3/thn
    g.       Dalam perjalanannya metode Austria dikembangkan oleh :
    GERHARDT :
            Ht = (Ia + In)/2 + (Va – Vn)/R
    CHAPMAN :
            Ht = Ia + (AG – DG)/R
    5.      Metode Hundeshagen
    hasil tebangan tahunan harus menyatakan proporsi yang sama dengan volume tegakan persediaan nyata (actual growing stock), karena hasil normal juga dinyatakan dalam tegakan persediaan normal (normal growing stock)
    Ha/AG = Hn/NG
                                            Ha = AG x Hn/NG
    Ha   = hasil tebangan tahunan (etat tebangan tahunan nyata)
            Hn = hasil tebangan tahunan normal (etat tebangan tahunan normal)
    6.      Metode von mantel
    Ø  Metode Von Mantel merupakan pengembangan dari metode Hundeshagen, yaitu menyederhanakan rumus Hundeshagen. Hasil tebangan tahunan normal (Hn) dalam rumus Hundeshagen, dinyatakan dalam riap normal (In) dalam Von Mantel, sehingga rumus berubah menjadi :
    Ha = AG x Hn/NG                Ha = AG x In/NG
    In = (2 NG)/R
    Ø  jadi rumus Hundeshagen dapat disubsitusi dan menjadi rumus Von Mantel sebagai berikut :
                                                    Ha = (AG x 2 NG)/(NG x R) = (2AG)/R
                                                    Von Mantel : Ha = (2 AG)/R = AG/(0,5 R)
    Ø  Angka 0,5 dalam rumus Von Mantel adalah merupakan flury factor, yaitu perbandingan antara growing stock dalam susunan kelas perusahaan normal (NG) dengan growing stock jika tegakan dalam umur sama dengan daur (TG).
    Ø  Flury factor merupakan nisbah :
                   
                                                    c = NG/TG

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    7.      Metode Biolley
    Metode Biolley disebut juga metode Inventarisasi Berulang (Continous Forest Inventory) atau Metode Riap Tahunan Berjalan. Efektif untuk pengaturan hasil pada tegakan hutan dengan sistem silvikultur tebang pilih
    Prinsip metode Biolley
    a.       Pengukuran volume seluruh pohon niagawi yang telah mencapai diameter limit tertentu dan pohon-pohon diberi tanda.
    b.      Dalam periode tertentu diukur kembali volumenya.
    c.       Volume tebangan antara periode tersebut dihitung
    d.      Dari pengukuran-pengukuran tersebut dapat dihitung riapnya (CAI, current annual increment)
    e.       Volume tebangan tahunan dapat ditentukan sesuai besarnya riap yang tumbuh dalam periode yang dimaksud.
    Rumus hasil tebangan tahunannya adalah :
                                                             Ht = CAI
    Contoh :
    Dari suatu areal tegkan diperoleh :
    1.      Volume tegakan hasil risalah (inventarisasi) adalah 155.000 m3.
    2.      Volume tegakan hasil risalah 10 tahun kemudian 156.500 m3
    3.      Jumlah volume tebangan dalam periode 10 tahun tersebut 20.000 m3
    Maka riap yang dicapai selam 10 tahun adalah :
    (156.500 + 20.000 – 155.000) m3 = 21.500 m3
    Hasil tebang tahunan yang ditetapkan untuk 10 tahun mendatang adalah : 21.500 m3/10 thn = 2.150 m3/thn.

    METODE BERDASARKAN JUMLAH POHON DAN UKURAN POHON
    1.      Metoda pengaturan hasil ini dikembangkan oleh Brandis (1856) pada waktu mengelola hutan jati di Birma
    2.      Digunakan pada hutan yang dikelola secara ekstensif seperti pada hutan hujan tropika yang terdiri dari banyak jenis dan sedikit yang bernilai komersial dengan limit diameter tertentu
    3.      Kelestarian dapat tercapai apabila ada jaminan bahwa pohon-pohon muda tidak rusak
    4.      Pengaturan hasil akan berhasil baik apabila ada jaminan pemeliharaan tegakan untuk memperbaiki komposisi jenis dan struktur tegakan muda jenis komersial.
    5.      Metoda pengaturan hasil berdasarkan jumlah dan ukuran pohon membutuhkan pengetahuan tentang keadaan growing stock
    a.      Jumlah pohon dalam setiap kelas ukuran/kelas diameter
    b.      Waktu lewat (time of passage), yaitu waktu yg diperlukan oleh pohon dlm berbagai kelas diameter utk tumbuh hingga mencapai ukuran masak tebang
    c.       Persentase kematian (mortalitas) jumlah pohon pada setiap kelas diameter, baik karena penjarangan maupun sebab lain

    PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
    1.      Pengelompokan fungsi hutan menurut Nilsson (1996)
    a.       Menghasilkan kayu industry
    b.      Menghasilkan kayu bakar dan arang
    c.       Menghasilkan HHBK
    d.      Menyediakan lahan untuk pemukiman manusia
    e.       Menyediakan lahan untuk pertanian
    f.        Menyediakan perlindungan thd fs.air dan pengendalian erosi dlm DAS
    g.       Tempat penyimpanan karbon
    h.      Pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat
    i.         Ekoturism dan rekreasi alam

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    2.      Pengoptimalan fungsi hutan di p. jawa
    a.       Kw. Hutan lindung = mempertahankan keutuhan hutan,,,meningkatkan kesehatan hutan
    b.      Kw. Hutan konservasi = mempertahankan keutuhan hutan,,,meningkatkan kesehatan hutan
    c.       Kw. Hutan produksi = penetapan tujuan pengelolaan yg bersifat spesifik untuk setiap FMU (KPH),,,pembentukan hutan normal pada FMU yang tujuan utamanya untuk menghasilkan kayu
    3.      Kemampuan hutan dalam memenuhi kepentingan masyarakat
    a.       Empat dimensi keadilan dalam mndptkn jasa hutan ini
    a.       Manusia vs makhluk hidup lain
    b.      Generasi sekarang vs generasi mndatang
    c.       Rakyat satu Negara vs masyarakat internasional
    d.      Indigenonus peoples vs masy Negara tertentu diluar lingkungan indigenous peoples
    b.      Proporsional
    Keputusan dalam pengelolaan hutan dilakukan melalui proses musyawarah, kompromi dengan prinsip kesetaraan, proporsional
    4.      Strategi pembenahan pengelolaan pada setiap KPH
    a.       Saat ini untuk menghasilkan kayu
                                                                               i.      Metode multikriteria = ekonomi,,,ekologi,,,social
                                                                             ii.      Multipihak = pengelola,,,masyarakat,,,pemda kabupaten
                                                                            iii.      Teknik penarikan kesimpulan = AHP
    b.      Prioritas utama fs. Kwsan hutan dlm KPH
                                                                               i.      KPH garut = konservasi
                                                                             ii.      KPH Blora = produksi
                                                                            iii.      KPH Kediri = social
    c.       Tujuan pengelolaan hutan seyogyanya ditentukan untuk setiap KPH, sesuai dengan aspek yang paling menonjol
    5.      Strategi penetapan metode pengaturan hasil
    a.       Saat ini metode BURN > UTR
    a.       Metode multikriteria = teknis,,,produksi,,,ekologi,,,social
    b.      Multipihak = perencana,,masyarakat,,,manajemen perusahaan,,,pemda kabupaten
    c.       Teknik penarikan kesimpulan = AHP
    b.      Metode yang dibandingkan
    a.       Instruksi 1938 (dien stvoorshrift thn 1938)
    b.      Metode burn
    c.       Metode Austrian
    d.      Metode hundeshagen
    e.       Metode von mantel
    f.        Metode hanzlik
    6.      Prioritas utama setiap KPH
    a.       Bag hutan jatirejo (KPH Pasuruan) = metode von mantel
    b.      Bag hutan ngorogunung (kph bojonegoro) = metode Austrian
    c.       Bag hutan cisujen (KPH sukabumi) = metode burn
    7.      Metode pengaturan hasil spesifik untuk setiap bag hutan = KPH

    RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (Management Plan)
    1.      Unsur2 managemen
    a.       Planning = merencanakan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu
    b.      Organizing = mengorganisasi sumberdaya
    c.       Actuating = pelaksanaan kegiatan
    d.      Controlling = pengendalian pelaksanaan
    2.      Management  Plan : sebuah dokumen tertulis berisi strategi dan rencana-rencana pengelolaan hutan untuk mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan serta memberikan arah untuk menyusun rencana pengelolaan hutan yang lebih operasional atau lebih pendek jangka waktunya.
    3.      Urgensi penyusunan management plan
    a.       Kejelasan visi,misidan tujuan
    b.      Kejelasan kebijakan dan regulasi
    c.       Kejelasan input : SDH, SDM, teknologi,,,pendukung: sosekbud, pasar…dsb
    d.      Kejelasan tentang proses
    e.       Kejelasan proyeksi output
    f.        Kejelasan pengendalian
    4.      Alasan perlunya perencanaan
    a.       Membangun diskursus
    b.      Mempelajari kemampuan
    c.       Menganalisis implikasi jangka panjang
    d.      Menunjukkan tingkat kelestarian hutan
    e.       Membantu membuat sekenario
    f.        Mengetahui trade of
    g.       Memenuhi regulasi ttg pengelolaan hutan
    h.      Menyusun jadwal
    i.         Mmenyediakan dasar2 perncanaan

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    5.      Scope perencanaan (davis et al. 2001)
    a.       Kegiatan pengumpulan dan analisis data dan informasi
    b.      Pembuatan keputusan thd alternative pengelolaan
    c.       Menyusun dokumen rencana
    a.       Visi,misi, dan tujuan
    b.      Data dan informasi
    c.       Kondisi masa depan yang diinginkan
    d.      Strategi pencapaian
    e.       Preskripsi pengelolaan
    f.        Volume, tata waktu dan tempat dimana kegiatan akan dilaksanakan
    6.      Fungsi umum managemen plan
    a.       Eksternal = Alat komunikasi dengan pihak stakeholder ttg apa yang telah dan ingin dicapai oleh FMU dalam pengelolaan hutannya dan cara-cara melakukannya
    b.      Internal = Panduan bagi pengelola untuk memahami tujuan dan sasaran yang ingin dicapai perusahaan
    7.      Fungsi manajemen plan > rinci
    a.       Ciri khas pengelolaan hutan , memerlukan waktu relative panjang
    b.      Meramalkan pengaruh akumulas
    c.       Rencana monitoring
    8.      Ciri2 manajemen plan
    a.       Dokumen yang tertulis
    b.      Berisi informasi ttg SDH yg dikelola
    c.       Terdapat tujuan dan strategi dan opsi untuk mencapai tujuan perusahaan
    d.      Terdapat rincian rencana aktivitas pengelolaan hutan
    e.       Sbg panduan untuk menyusun rencana yang lebih pendek dan operasional
    f.        Adanya proses review dan revisi
    9.      Proses Perencanaan
    a.    Identifikasi tujuan dan sumberdaya
    b.    Menilai kondisi dan sejarah hutan
    c.    Mengembangkan alternatif rencana
    d.    Membuat keputusan atas alternatif rencana
    e.    Menyiapkan dokumen-dokumen rencana
    10.  Identifikasi Tujuan dan Sumberdaya
    a.    Mendefinisikan tujuan pemilik dalam mengelola hutan,
    b.    Membuat ringkasan data yang ada untuk menggambarkan kondisi sumberdaya hutan saat ini.
    c.    Identifikasi  kondisi sumberdaya hutan harapan yang ingin dicapai dalam kerangka waktu atau horison perencanaan yang ditentukan,
    d.    Mengidentifikasi tambahan persediaan (inventory) yang diperlukan dan data dan informasi yang diperlukan. 
    11.  Menilai kondisi hutan dan sejarahnya
    a.    Data dan informasi yang sudah ada dan  kekurangan/tambahan yang diperlukan.
    b.    Sejarah kepemilikan dan penggunaan hutan, tindakan pengelolaan, pemanenan,silvikultur, kerusakan/bencana alam, perubahan kondisi hutan.
    c.    Identifikasi tentang kebutuhan dokumen legalitas sesuai ketentuan.
    12.  Mengembangkan alternatif rencana
    a.    Merancang opsi  kebijakan atau skenario pengelolaan.
    b.    Merancang resep tindakan pengelolaan (management prescription) .
    c.    Penjadwalan tindakan pengelolaan : volume, tempat, waktu. 
    d.    Penyajian secara tabulasi atau diagram untuk menggambarkan  kegiatan pengelolaan yang diselenggarakan pada periode tertentu yang akan datang serta kondisi-kondisi sumberdaya yang diharapkan.
    13.  Membuat Keputusan
    a.    Membuat keputusan tentang alternatif opsi, kebijakan, atau skenario pengelolaan hutan untuk diterapkan sebagai “rencana” yang terpilih untuk diimplementasikan.

         style="display:block; text-align:center;"
         data-ad-layout="in-article"
         data-ad-format="fluid"
         data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
         data-ad-slot="6345313352">

    14.  Isi Management Plan
    a.    Pernyataan pemilik àpernyataan perusahaan (Corporate statement)
    b.    Visi, Misi dan Tujuan  (proyeksi kondisi masa depan yang terukur)
    c.    Data dan informasi tentang sumbaerdaya hutan
    d.    Strategi pencapaian tujuan
    e.    Opsi : skenario pengelolaan, preskripsi (resep) pengelolaan à pemilihan opsi
    f.     Deskripsi jenis-jenis kegiatan berdasarkan opsi terpilih
    g.    Rencana kegiatan dan proyeksi hasil : volume, tempat, waktu
    h.    Prakiraan dampak kegiatan pengelolaan
    i.     Penyiapan organisasi, SDM ,dan infrastruktur pendukung.
    j.     Rencana Monev : kegiatan pengelolaan dan dampaknya.



    No comments

    Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad